tag:blogger.com,1999:blog-37444260300600541522024-03-19T05:54:14.506-07:00SEderhana info gueAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/05991669098455215782noreply@blogger.comBlogger11125tag:blogger.com,1999:blog-3744426030060054152.post-45108077200214957902016-01-08T08:33:00.000-08:002016-01-08T08:33:26.172-08:00RINDUSebelum terlelap, saya ingin berbagi sebuah puisi karya dosen sastra saya. Beliau salah satu dosen yang aktif dalam komunitas cipta sastra indonesia di Universitas Galuh Ciamis. Nah, puisinya ini terhimpun dalam antologi puisi bersama “Sajak Semesta Memahat Langit” <br /><br /><br />RINDU<br /><br />Teti Gumiati<br /><br /><br /> Daun-daun pohon pinus itu telah lama gugur <br /><br /> Diterbangkan angin senja<br /><br /> Mengejar matahari yang hampir tenggelam<br /><br /><br /> Ranting-ranting asa itu telah patah<br /><br /> Meranggas tergilas bius dusta<br /><br /> Ada segores luka meratap<br /><br /> Dan merindu pada tungku cintamu<br /><br /> Yang tak lagi menyala dalam jiwaku <br /><br /><br /><br /><br />thanksAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/05991669098455215782noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3744426030060054152.post-56707358109343821242016-01-08T08:31:00.001-08:002016-01-08T08:31:59.089-08:00CONTOH ARTIKELTak Sekedar Menjalankan Tugas<br /><br /> Berprofesi sebagai satpam memang bukan hal yang mudah. Salah satunya menjadi satpam kampus di sebuah universitas, seperti Darsono (30) bertempat tinggal di Mekar Jaya yang ditemui pada kamis, (12/12) saat sedang bertugas di kampus UNIGAL (Universitas Galuh), Ciamis. <br /><br /> Darsono berprofesi sebagai satpam kurang lebih sudah lima tahun. Waktu bekerja yang berlaku baginya yakni setiap hari. Namun bagi satpam yang lainnya tidak, mereka dikenakan sisitem rolling. Sesuai dengan keterangan yang diberikan Darsono bahwa sistem rolling itu, mereka bekerja selama 24 jam, dari jam tujuh pagi sampai jam tujuh pagi lagi.<br /><br /> Profesi yang dilakoni Darsono ini selalu ia nikmati. Sebagai petugas keamanan kampus, ia tidak hanya menjalankan tugasnya di lingkungan kampus. “Walaupun bekerja pada kampus UNIGAL, bukan berarti hanya menjaga wilayah kampus dan untuk mahasiswa saja, melainkan warga yang ada disekitar juga dibantu. Soalnya posisi kita kan keamanan, jadi untuk mengamankan bersama, membantu, dan mengayomi masyarakat.” ujarnya.<br /><br /> Darsono bekerja setiap hari. Mulai dari menjaga, mengamankan, dan memantau keamanan kampus serta lingkungan sekitar kampus UNIGAL ini melalui kerjasama patroli yang dilaksanakan dengan rekan-rekan yang lainnya. <b><u><a href="http://dedikbaihaqi.blogspot.com/2014/10/representasi-kecantikan-dalam-media.html">Kecantikan Media Masa</a></u></b><br /><br /> Upah yang diterima Darsono dari lembaga saat ini sudah sesuai dengan UMR. Dengan upah tersebut, ia tetap dapat menghidupi keluarganya yang terdiri dari seorang istri dan tiga orang anak laki-laki. Ia juga memandang bahwa setiap tugas yang dilaksanakannya merupakan ibadah.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05991669098455215782noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3744426030060054152.post-76031047584074210282016-01-08T08:29:00.001-08:002016-01-08T08:29:33.424-08:00CONTOH WAWANCARA<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Penanya : “Assalamualaikum..”</div>
<div style="text-align: left;">
Narasumber : “Waalaikumsalam..”</div>
<div style="text-align: left;">
Penanya : “Maaf mengganggu sebentar, Pak.”</div>
<div style="text-align: left;">
Narasumber : “Iya, ada apa ?”</div>
<div style="text-align: left;">
Penanya : “Saya dari jurusan Bahasa Indonesia. Jika Bapak tidak keberatan, boleh saya mengajukan beberapa pertanyaan untuk wawancara ?” </div>
<div style="text-align: left;">
Narasumber : Oh, ya, boleh. </div>
<div style="text-align: left;">
Penanya : Maaf sebelumnya, nama Bapak siapa ?</div>
<div style="text-align: left;">
Narasumer : “Panggil saja Darsono.” </div>
<div style="text-align: left;">
Penanya : “Kalau boleh tahu, berapa usia Bapak sekarang ?”</div>
<div style="text-align: left;">
Narasumber : “Oh..ya, usia saya 30 tahun.”</div>
<div style="text-align: left;">
Penanya : “Dimanakah alamat Bapak tinggal ?”</div>
<div style="text-align: left;">
Narasumber : “Saya tinggal di Mekar Jaya, Baregbeg, Ciamis.”</div>
<div style="text-align: left;">
Penanya : “Sudah berapa lamakah Bapak menjalani profesi satpam di kampus UNIGAL ?”</div>
<div style="text-align: left;">
Narasumber : “Saya bekerja disini kurang lebih sudah lima tahun.”</div>
<div style="text-align: left;">
Penanya : “Lalu bagaimana perasaan Bapak sendiri bekerja disini ?”</div>
<div style="text-align: left;">
Narasumber : “Ya, dinikmati saja. Soalnya kerja itu kan sama-sama sambil ibadah lah, jangan dilihat kita posisi kerjanya, kita juga sedikit-sedikit sambil ibadah. Ibadah kan gak terus ke masjid, karena ibadah itu banyak macamnya, termasuk membantu orang menyeberang lalu lintas. Walaupun bekerja pada kampus unigal, bukan berarti hanya menjaga wilayah kampus dan untuk mahasiswa saja, melainkan warga yang ada disekitar juga dibantu. Soalnya posisi kita kan di keamanan, jadi untuk mengamankan bersama, membantu, dan mengayomi masyarakat.”</div>
<div style="text-align: left;">
Penanya : “Bagaimana dengan waktu kerjanya ? Apakah Bapak bekerja setiap hari ?”</div>
<div style="text-align: left;">
Narasumber : “Ya, saya bekerja setiap hari. Tapi kalau yang lain sistemnya rolling.”</div>
<div style="text-align: left;">
Penanya : “Maksud dari sistem rolling itu bagaimana Pak ?”</div>
<div style="text-align: left;">
Narasumber : “Jadi sistem rolling itu, mereka bekerja secara 24 jam dari jam tujuh pagi sampai jam tujuh pagi lagi.”</div>
<div style="text-align: left;">
Penanya : “Bagaimana cara Bapak bekerja ? Selain mengamankan kampus juga mengayomi masyarakat ?”</div>
<div style="text-align: left;">
Narasumber : “Cara kerjanya sederhana saja, disini kan ada beberapa rekan yang sedang bekerja juga. Jadi kami melakukan pengawasan, pengamanan, dan lain sebaginya menggunakan alat komunikasi. Kami bekerjasama dalam berpatroli.” </div>
<div style="text-align: left;">
Penanya : “Maaf, Pak, jika saya boleh tahu, berapa upah yang Bapak terima ?”</div>
<div style="text-align: left;">
Narasumber : “Ya kalau mengenai upah disesuaikan dengan UMR saja. Kalau yang sudah dapat TBP dengan yang lain-lainnya pendapatan per bulan bisa diatas 1jt.” </div>
<div style="text-align: left;">
Penanya : “Apakah Bapak sudah berkeluarga ?”</div>
<div style="text-align: left;">
Narasumber : “Ya, saya sudah berkeluarga, mempunyai satu istri dan alhamdulillah di karuniani tiga orang anak laki-laki.” </div>
<div style="text-align: left;">
Penanya : “Alhamdulillah, kalau begitu saya ucapkan terima kasih Bapak telah berkenan meluangkan waktunya. ” </div>
<div style="text-align: left;">
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05991669098455215782noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3744426030060054152.post-38382194667014783422016-01-08T08:28:00.001-08:002016-01-08T08:28:30.167-08:00LUKISAN BIRU<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>LUKISAN BIRU </b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: right;">
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>Jejak langkah pasti dalam sore</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>Terus menelusuri waktu</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>Nada-nada alam bersahutan</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>Bernyanyi sendu dan bermakna</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>Hembusan angin yang rindu</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>Semangat jiwa terus bergelora</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>Wajah-wajah peuh harap berlarian</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>Mengejar sore yang penuh warna</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>Mari bernyanyi dan menari</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>Pada sore yang indah</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>Pada alam yang megah</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05991669098455215782noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3744426030060054152.post-86926141731364124832016-01-08T08:27:00.000-08:002016-01-08T08:27:41.560-08:00SERIBU WAJAHMU<div style="text-align: left;">
<b><i><br /></i></b></div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: left;">
<b><i>SERIBU WAJAHMU</i></b></div>
</div>
<div style="text-align: left;">
<b><i><br /></i></b></div>
<div style="text-align: right;">
<div style="text-align: left;">
<b><i><br /></i></b></div>
</div>
<div style="text-align: left;">
<b><i>Seribu wajah aku rindu</i></b></div>
<div style="text-align: left;">
<b><i>Seribu wajah yang mengubah jalanku</i></b></div>
<div style="text-align: left;">
<b><i><br /></i></b></div>
<div style="text-align: left;">
<b><i>Dia marah ketika ku salah</i></b></div>
<div style="text-align: left;">
<b><i>Dia ramah ketika ku gundah</i></b></div>
<div style="text-align: left;">
<b><i>Dia bahagia ketika ku bahagia</i></b></div>
<div style="text-align: left;">
<b><i><br /></i></b></div>
<div style="text-align: left;">
<b><i>Ketika sakit tak terlihat</i></b></div>
<div style="text-align: left;">
<b><i>Ketika tersiksa tak dirasa</i></b></div>
<div style="text-align: left;">
<b><i>Tujuannya cuma satu</i></b></div>
<div style="text-align: left;">
<b><i>Tuk menjaga harapanku</i></b></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05991669098455215782noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3744426030060054152.post-14362895754774518012016-01-08T08:25:00.000-08:002016-01-08T08:25:36.429-08:00PRINSIP DASAR ETIKA JURNALISTIK<br />
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: left;">
BAB I</div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: left;">
PENDAHULUAN</div>
</div>
<br />
1.1. Latar Belakang Masalah<br />
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Pada prinsipnya jurnalistik merupakan cara kerja media massa dalam mengelola dan menyajikan informasi kepada khalayak ramai, yang tujuannya adalah untuk menciptakan komunikasi yang efektif, dalam arti menyebarluaskan informasi yang diperlukan. </div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Namun pada era global ini, persaingan yang ketat membuat beberapa pemilik media mengahalalkan segala cara. Banyak media massa terutama koran yang menerbitkan karya jurnalistik yang tidak sesuai dengan aturan yang telah disepakati dalam kode etik jurnalistik.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Padahal jika dikaji lebih luas, hal ini bisa dijadikan peluang untuk berkarya lebih unggul dari yang lainnya. Karena, profesi sebagai jurnalis tidak harus mencelakakan orang lain. Tentunya dalam hal ini dilihat dari segi pemberitaan.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Oleh sebab itu, pernyataan di atas menjadi sorotan yang menarik. Maka permasalahan ini yang melatar belakangi penulisan makalah.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
1.2. Rumusan Masalah</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa permasalah di bawah ini, sebagai berikut:</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
a. Apa yang dimaksud dengan etika, moral, akhlak, dan hukum?</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
b. Apa yang dimaksud dengan profesi, etika profesi, kode etik profesi?</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
c. Apa yang dimaksud dengan etika jurnalistik dan bahasa jurnalistik?</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
1.3. Tujuan dan Manfaat</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Penulisan makalah ini memiliki tujuan dan manfaat sebagai berikut:</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
1.3.1. Tujuan Penelitian</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Berikut ini tujuan penulisan makalah:</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan etika, moral, akhlak, dan hukum.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
b. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan profesi, etika profesi, kode etik profesi.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
c. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan etika jurnalistik dan bahasa jurnalistik.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
1.3.2. Manfaat Penelitian</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Di bawah ini merupakan manfaat penelitian, diantaranya:</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
a. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan etika, moral, akhlak, dan hukum.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
b. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan profesi, etika profesi, dan kode etik profesi.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
a. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan etika jurnalistik dan bahasa jurnalistik.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: left;">
BAB II</div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: left;">
PEMBAHASAN</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
2.1. Etika, Moral, Akhlak, dan Hukum</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
2.1.1. Etika</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
2.1.1.1. Pengertian Etika</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:383). Sedangkan Suseno (1987) dalam Dewangga (2012) mengatakan bahwa etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan pelbagai ajaran moral. Kattsoff (1986) dalam Dewangga mengungkapkan etika sebenarnya lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar pembenaran dalam hubungan tingkah laku manusia. Priatna (2012: 103) juga mengungkapkan bahwa etika adalah aturan perilaku adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Namun jika dikaji lebih dalam lagi Budiman (2012) dalam artikelnya menerangkan bahwa istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000).</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
2.1.1.2. Fungsi Etika</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Fungsi etika (Budiman, 2012):</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
• Sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan pelbagai moralitas yang membingungkan.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
• Etika ingin menampilkan ketrampilan intelektual yaitu ketrampilan untuk berargumentasi secara rasional dan kritis.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
• Orientasi etis ini diperlukan dalam mengabil sikap yang wajar dalam suasana pluralisme.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
2.1.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelanggaran Etika</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelanggaran etika (Budiman, 2012):</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
• Kebutuhan Individu</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
• Tidak Ada Pedoman</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
• Perilaku dan Kebiasaan Individu Yang Terakumulasi dan Tak Dikoreksi</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
• Lingkungan Yang Tidak Etis</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
• Perilaku Dari Komunitas</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
2.1.2. Moral</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Moral merupakan (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak; budi pekerti; susila (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 929). </div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Kata moral sebenarnya (Dilihatya, 2014) berasal dari bahasa Latin mores yang bermakna adat kebiasaan atau suatu cara hidup. Kemudian dalam E-Jurnal (2013) dijelaskan beberapa pengertian moral menurut para ahli, diantaranya:</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
1. W. J. S. Poerdarminta menyatakan bahwa moral merupakan ajaran tentang baik buruknya perbuatan dan kelakuan. </div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
2. Dewey mengatakan bahwa moral sebagai hal-hal yang berhubungan dengan nilai-nilai susila.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
3. Baron dkk. Mengatakan bahwa moral adalah hal-hal yang berhubungan dengan larangan dan tindakan yang membicarakan salah atau benar.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
4. Magnis-Susino mengatakan bahwa moral selalu mengacu pada pada baik buruknya manusia sebagai manusia, sehingga bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. </div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Nilai moral dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu ajaran agama, adat istiadat dan ideologi.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Nilai moral bersumber agama</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Kepatutan yang bersumber pada agama, sehingga hal ini tergantung dari ajaran masing-masing agama contohnya adalah mencuri, berdusta, ingkar janji, menfitnah, tindakan asusila dan lain-lain.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Nilai moral bersumber adat istiadat</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Kepatutan yang bersumber adat istiadat, contohnya adalah tidak duduk diatas orang yang lebih tua.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Nilai moral bersumber dari ideologi</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Kepatutan yang bersumber dari ideologi atau paham seseorang, misalnya seseorang bersihkukuh agar tidak merokok selama hidupnya.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
2.1.3. Akhlak</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Akhlak adalah budi pekerti; kelakuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 27). Secara etimologi (Welano, 2014) akhlak berasal dari bahasa Arab akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, jama’nya khuluqun yang berarti perangai (al-sajiyah), adat kebiasaan (al’adat), budi pekerti, tingkah laku atau tabiat (ath-thabi’ah), perbedaan yang baik (al-maru’ah), dan agama (ad-din).</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Sedangkan pengertian akhlak secara terminologi dapat dilihat dari beberapa pendapat para ahli (Welano, 2014) :</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
a. Ibnu Maskawaih</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Menyebutkan bahwa akhlak yaitu keadaan jiwa yang mendorong atau mengajak melakukan sesuatu perbuatan tanpa melalui proses berpikir, dan pertimbangan terlebih dahulu.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
b. Prof. Dr. Ahmad Amin</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Akhlak menurut Prof. Dr. Ahmad Amin yaitu suatu ilmu yang menjelaskan baik dan buruk, menerangkan yang harus dilakukan, menyatakan tujuan yang harus dituju dan menunjukkan apa yang harus di perbuat.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
c. Didalam buku akhlak dalam berbagai dimensi, akhlak yaitu sifat-sifat</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
yang berurat berakar dalam diri manusia, serta berdasarkan dorongan dan pertimbangan sifat tersebut, dapat dikatakan bahwa perbuatan tersebut baik atau buruknya dalam pandangan manusia.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
2.1.4. Hukum</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Hukum adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah; undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:510).</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Hukum (Andri, 2014) adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol , hukum adalah aspek terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan, Hukum mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Oleh karena itu setiap masyarat berhak untuk mendapat pembelaan didepan hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan menyediakan sangsi bagi pelanggarnya.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
2.2. Profesi, Etika Profesi, dan Kode Etik Profesi</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
2.2.1. Profesi</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan keterampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia, didalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan keterampilan dan keahlian yang tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya: serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut (Hikmat, 2011: 18). </div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Sobur (2001) dalam Hikmat (2011:18), menyimpulkan bahwa profesi mengandung arti suatu pekerjaan dengan keahlian khusus yang menuntut adanya pengetahuan luas dan tanggung jawab diabdikan untuk kepentingan orang banyak, mempunyai organisasi atau asosiasi profesi dan mendapatkan pengakuan masyarakat serta mempunyai kode etik. </div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Secara umum suatu kegiatan disebut profesi kalau memiliki ciri-ciri sebagai berikut :</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
1. Untuk mencapainya mensyaratkan pelatihan. </div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Biasanya pelatihan diikuti oleh orang yang sudah memiliki gelar sarjana, seperti untuk menjadi seorang pengacara, maka seorang sarjana hukum harus mengikuti pelatihan tertentu sehingga memiliki sertifikat atau menjadi seorang apoteker dan profesi lainnya. Walaupun begitu ada juga beberapa profesi yang langsung melekat sesuai gelar kesarjanaannya karena dalam kurikulum pendidikan tingginya diberikan juga materi teknis sebagaimana pelatihan.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
2. Pelatihan tersebut meliputi komponen intelektual yang signifikan dengan latar belakang pendidikannya.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
3. Setiap orang yang sudah mengikuti pelatihan mampu memberikan jasa yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Profesi berorientasi memberikan jasa untuk kepentingan umum daripada kepentingan sendiri.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
4. Untuk profesi tertentu diperlukan proses lisensi atau sertifikasi sehingga setiap orang yang mengaku berprofesi tertentu akan memiliki sertifikat.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
5. Suatu profesi biasanya membentuk ikatan organisasi tempat bernaungnya orang-orang yang seprofesi.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Jonhson (1991) dalam Hikmat (2011: 19) mengemukakan enam kriteria untuk bidang pekerjaan yang disebut sebagai profesional : Keterampilan yang didasarkan pada pengetahuan teoretis; penyediaan pelatihan dan pendidikan; pengujian kemampuan anggota; adanya organisasi; kepatutan kepada suatu aturan main profesional; dan jasa-jasa yang sifatnya altruistik. Elliott (1972) dalam Hikmat (2011: 19) menyodorkan tujuh kriterian profesional : pengetahuan yang digunakan bersifat luas dan teoretis; tugas yang dilakukan berada dalam situasi yang tidak rutin; keputusan yang dibuat sifatnya tidak terprogram, sebaliknya didasarkan atas tujuan-tujuan yang dibuat; identitasnya didukung oleh kelompok profesi; pekerjaan merupakan basis untuk mencapai tujuan; pendidikan bersifat ekstensif; dan peran yang dijalankan bersifat total.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Rismawati (2008) dalam Hikmat (2011: 19) merinci ciri-ciri profesional sebagai berikut :</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
a. Memiliki skill atau kemampuan, pengetahuan tinggi yang tidak dipunyai oleh orang umum lainnya; </div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
b. Mempunyai kode etik yang merupakan standar moral bagi setiap profesi yang dituangkan secara formal, tertulis dan normatif dalam bentuk aturan main;</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
c. Memiliki tanggung jawab profesi (responsibility) dan intregitas pribadi (integrity) baik terhadap dirinya maupun terhadap publik;</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
d. Memiliki jiwa pengabdian terhadap publik atau masyarakat;</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
e. Otonomisasi organisasi profesional, yaitu memiliki kemampuan untuk mengelola, tidak tergantung pada pihak lain sekaligus dapat bekerja sama dengan pihak lain;</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
f. Menjadi anggota salah satu organisai profesi sebagai wadah untuk menjaga eksistensinya.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Sementara itu, Sobur (2001) dalam Hikmat (2011: 20) menyodorkan lima hal yang disarankan sebagai struktur sikap yang diperlukan bagi setiap jenis profesional, yakni :</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
1. Profesional menggunakan organisasi atau kelompok profesional sebagai kelompok referensi utama. Tujuan-tujuan dan aspirasi-aspirasi profesional bukanlah diperuntukan bagi seorang majikan atau setatus loka dari masyarakat setempat; kesetiaanya adalah pada bidang tugas.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
2. Profesional melayani masyarakat. Tujuannya melayani masyarakat dengan baik. Ia altruistik, mengutamakan kepentingan umum.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
3. Profesional memiliki kepedulian atau rasa terpanggil dalam bidangnya. Komitmen ini memperteguh dan melengkapi tanggung jawabnya dalam melayani masyarakat. Ia melaksanakan profesinya karena merasa komitmennya yang mendalam; dan ini menopanginya selama periode-periode pelatihan dalam penekanan secara berulang-ulang.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
4. Profesional memiliki rasa otonomi. Profesional membuat keputusan-keputusan dan ia bebas untuk mengorganisasikan pekerjaannya di dalam kendala-kendala fungsional tertentu.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
5. Profesional mengatur dirinya sendiri. Dalam hal kerumitan tugas dan persyaratan keterampilan, hanya rekan-rekan sepekerjaannya yang mempunyai hak dan wewenang untuk melakukan penilaian.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Berikut ini merupakan ciri-ciri dari profesi, yaitu :</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
1. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Seorang professional harus memiliki pengetahuan teoretis dan keterampilan mengenai bidang teknik yang ditekuni dan bisa diterapkan dalam pelaksanaanya atau prakteknya dalam kehidupan sehari-hari.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
2. Asosiasi Profesional</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Merupakan suatu badan organisasi yang biasanya diorganisasikan oleh anggota profesi yang bertujuan untuk meningkatkan status para anggotanya.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
3. Pendidikan yang Ekstensi</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi. Seorang professional dalam bidang teknik mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi baik itu dalam suatu pendidikan formal ataupun non formal.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
4. Ujian Kompetisi</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoretis.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
5. Pelatihan institutional</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional juga dipersyaratkan.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
6. Lisensi</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
7. Otonomi kerja</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
8. Kode etik</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
9. Mengatur diri</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
10. Layanan publik dan altruism</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
11. Status dan imbalan yang tinggi</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Profesi yang paling sukses akan meraih status yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi masyarakat.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
2.2.2. Etika Profesi</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Etika profesi menurut keiser dalam ( Suhrawardi Lubis, 1994:6-7 ) adalah sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat dengan penuh ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Prinsip dasar di dalam etika profesi :</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
1. Tanggung jawab</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
a. Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
b. Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada umumnya.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
2. Keadilan</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
3. Prinsip Kompetensi, melaksanakan pekerjaan sesuai jasa profesionalnya, kompetensi dan ketekunan.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
4. Prinsip Prilaku Profesional, berprilaku konsisten dengan reputasi profesi.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
5. Prinsip Kerahasiaan, menghormati kerahasiaan informasi.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
2.2.3. Kode Etik Profesi</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Kode adalah sistem pengaturan-pengaturan (system of rule), sedangkan etik adalah norma perilaku (Atmadi, 1985) dalam (Hikmat, 2011: 15). Kode etik adalah daftar kewajiban dalam menjalankan tugas sebuah profesi yang disususn oleh anggota profesi dan mengikat anggota dalam menjalankan tugasnya. Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesi tertentu.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Suseno (1991) dalam Hikmat (2011:15) menyebut kode etik sebagai daftar kewajiban dalam menjalankan suatu profesi yang disusun oleh para anggota profesi itu sendiri dan mengikatnya dalam mempraktekannya. Dengan demikian, Sobur(2001) dalam Hikmat (2011: 15) menegaskan, kode etik merupakan tuntutan, bimbingan, atau pedoman moral atau kesusilaan untuk suatu profesi yang disusun oleh para anggota profesi itu sendiri dan mengikatnya dalam mempraktekannya. </div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Menurut Arifin, kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik agar suatu profesi memberikan jasa yang sebaik-baiknya kepada pemakai atau pasiennya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak proofesional.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Kode etik profesi adalah system norma, nilai dan aturan professional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi professional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik yaitu agar professional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Dengan adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak professional.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Tiga Fungsi dari Kode Etik Profesi</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang digariskan</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
2.3. Etika Jurnalistik dan Bahasa Jurnalistik</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
2.3.1. Etika Jurnalistik</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Etika jurnalistik (Nugraha, 2011) adalah standar aturan perilaku dan moral, yang mengikat para jurnalis dalam melaksanakan pekerjaannya. Etika jurnalistik ini penting. Pentingnya bukan hanya untuk memelihara dan menjaga standar kualitas pekerjaan si jurnalis bersangkutan, tetapi juga untuk melindungi atau menghindarkan khalayak masyarakat dari kemungkinan dampak yang merugikan dari tindakan atau perilaku keliru dari si jurnalis bersangkutan. </div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
2.3.2. Bahasa Jurnalistik</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Menurut wojoasito (via anwar, 1984:1) dalam Sarwoko (2003:1), bahasa jurnalistik yang baik haruslah sesuai dengan norma tata bahasa yang antara lain terdiri atas susunan kalimat yang benar, pilihan kata yang cocok. Anton M. Moelyono (1994), yang konsultan pusat bahasa, pun mengatakan bahwa laras bahasa jurnalistik tergolong ragam bahasa baku.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Terbuktilah bahwa bahasa indonesia jurnalistik tidaklah berbeda dengan bahasa indonesia baku. Yang membedakan antara keduanya hanyalah penggunaannya. Karna digunakan sebagai media penyampaian informasi, bahasa yang digunakan di media masa memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan bahasa yang digunakan untik keperluan lain. Rosihan anwar (1984:1) mengatakan, “bahasa jurnalistik mempunyai sifat khas yaitu singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, dan menarik. Moeliono (1994) menambahi bahwa bahasa jurnalistik memiliki kekhasan diksi yang dicirikan oleh upaya ekonomi kata, kekhasan pengalimatan yang ditandai oleh pemendekan kalimat.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Atau, menurut jus badudu (1992:62), bahasa jurnalistik itu harus sederhana mudah dipahami, teratur, dan efektif. Bahasa yang sederhana dan mudah dipahami berarti menggunakan kata dan struktur kalimat yang mudah dimengerti pemakai bahasa umum. Bahasanya teratur berarti stiap kata dalam kalimat sudah ditempatkan sesuai kaidah. Efektif, bahasa pers haruslah tidaklah bertele-tele, tetapi tidak juga terlalu berhemat sehingga maknanya menjadi kabur.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Jadi bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan oleh pewarta atau media masa untuk menyampaikan informasi. Bahasa dengan ciri-ciri khas yang memudahkan penyampaian berita dan komunikatif.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Ciri Utama Bahasa Jurnalistik</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Secara spesifik, bahasa jurnalistik dapat dibedakan menurut bentuknya, yaitu bahasa jurnalistik surat kabar, bahasa jurnalistik tabloid, bahasa jurnalistik majalah, bahasa jurnalistik radio siaran, bahasa jurnalistik televisi dan bahasa jurnalistik media online internet. Bahasa jurnalistik surat kabar, misalnya, kecuali harus tunduk kepada kaidah atau prinsip-prinsip umum bahasa jurnalistik, juga memiliki ciri-ciri yang sangat khusus atau spesifik. Hal inilah yang membedakan dirinya dari bahasa jurnalistik media lainnya.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Ada 17 ciri utama bahasa jurnalistik yang berlaku untuk semua bentuk media berkala tersebut, yaitu:</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
1. Sederhana</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Sederhana berarti selalu mengutamakan atau memilih kata atau kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang sangat heterogen, baik dilihat dari tingkat intelektualitasnya maupun karakteristik demografis dan psikografisnya.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
2. Singkat</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Singkat berarti langsung kepada pokok masalah (to the point), tidak bertele-tele, tidak berputar-putar, tidak memboroskan waktu pembaca yang sangat sederhana.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
3. Padat</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Padat berarti sarat informasi. Setiap kalimat dan paragraf yang ditulis memuat banyak informasi penting dan menarik untuk khalayak pembaca.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
4. Lugas</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Luas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari eufemisme atau penghalusan kata dan kalimat yang bisa membingungkan khalayak pembaca sehingga terjadi perbedaan persepsi dan kesalahan konklusi.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
5. Jelas</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan kabur. Jelas di sini mengandung tiga arti: jelas artinya, jelas susunan kata atau kalimatnya, jelas sasaran atau maksudnya.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
6. Jernih</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Jernih berarti bening, tembus pandang, transparan, jujur, tulus, tidak menyembunyikan sesuatu yang lain yang bersifat negatif seperti prasangka atau fitnah. Kata dan kalimat yang jernih berarti kata dan kalimat yang tidak memiliki agenda tersembunyi di balik pemuatan suatu berita atau laporan.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
7. Menarik</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca, memicu selera baca, serta membuat orang yang sedang tertidur, terjaga seketika.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
8. Demokratis</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Demokratis berarti bahasa jurnalistik tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta, atau perbedaan dari pihak yang menyapa dan pihak yang disapa. Bahasa jurnalistik menekankan aspek fungsional dan komunal , sehingga sama sekali tidak dikenal pendekatan feodal sebagaimana dijumpai pada masyarakat dalam lingkungan priyayi dan keraton.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
9. Populis</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Populis berarti setiap kata, istilah, atau kalimat apapun yang terdapat dalam karya-karya jurnalistik harus akrab di telinga, di mata, dan di benak pikiran khalayak pembaca.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
10. Logis</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Artinya, apa pun yang terdapat dalam kata, istilah, kalimat, atau paragraf jurnalistik harus dapat diterima dan tidak bertentangan dengan akal sehat (common sense).</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
11. Gramatikal</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Berarti setiap kata, istilah, atau kalimat apapun yang terdapat dalam karya-karya jurnalistik harus mengikuti kaidah tata bahasa baku.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
12. Menghindari kata tutur</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Kata tutur adalah kata yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari secara informal. Contoh: bilang, dibilangin, bikin, kayaknya, mangkanya, kelar, jontor, dll.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
13. Menghindari kata dan istilah asing</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Berita atau laporan yang banyak diselipi kata-kata asing, selain tidak informatif dan komunikatif, juga sangat membingungkan. Menurut teori komunikasi, media massa anonim dan heterogen, tidak saling mengenal dan benar-benar majemuk.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
14. Pilihan kata (diksi) yang tepat</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Bahasa jurnalistik sangat menekankan efektivitas. Setiap kalimat yang disusun tidak hanya harus produktif, tetapi juga tidak boleh keluar dari asas efektivitas. Artinya, setiap kata yang dipilih memang tepat dan akurat, sesuai dengan tujuan pesan pokok yang ingin disampaikan kepada khalayak.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
15. Mengutakan kalimat aktif</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Kalimat aktif lebih mudah dipahami dan lebih disukai oleh khalayak pembaca daripada kalimat pasif. Kalimat aktif lebih memudahkan pengertian dan memperjelas pemahaman. Sedangkan kalimat pasif sering menyesatkan pengertian dan mengaburkan pemahaman.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
16. Menghindari kata atau istilah teknis</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Karena ditujukan untuk umum, maka bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca, tidak membuat kening berkerut apalagi sampai membuat kepala berdenyut. Bagaimanapun, kata atau istilah teknis hanya berlaku untuk kelompok atau komunitas tertentu yang relatif homogen. Realitas yang homogen, menurut perspektif filsafat bahasa, tidak boleh dibawa ke dalam realitas yang heterogen. Kecuali tidak efektif, juga mengandung unsur pemerkosaan.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
17. Tunduk kepada kaidah etika</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Salah satu fungsi utama pers adalah mendidik. Fungsi ini bukan saja harus tercermin pada materi isi berita, laporan gambar, dan artikel-artikelnya, melainkan juga harus tampak pada bahasanya. Pada bahasa tersimpul etika. Bahasa tidak saja mencerminkan pikiran seseorang, tetapi sekaligus juga menunjukkan etika orang itu. Sebagai pendidik, pers wajib menggunakan serta tunduk kepada kaidah dan etika bahasa baku.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: left;">
BAB III</div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: left;">
SIMPULAN</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
1. Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:383).</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
2. Moral merupakan (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak; budi pekerti; susila (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 929).</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
3. Akhlak adalah budi pekerti; kelakuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 27).</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
4. Hukum adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah; undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:510).</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
5. Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan keterampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia, didalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan keterampilan dan keahlian yang tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya: serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut (Hikmat, 2011: 18).</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
6. Etika profesi menurut keiser dalam ( Suhrawardi Lubis, 1994:6-7 ) adalah sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat dengan penuh ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
7. Kode etik profesi adalah system norma, nilai dan aturan professional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi professional.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
8. Etika jurnalistik (Nugraha, 2011) adalah standar aturan perilaku dan moral, yang mengikat para jurnalis dalam melaksanakan pekerjaannya.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
9. Jadi bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan oleh pewarta atau media masa untuk menyampaikan informasi. Bahasa dengan ciri-ciri khas yang memudahkan penyampaian berita dan komunikatif.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05991669098455215782noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3744426030060054152.post-85877657531188569692016-01-08T08:24:00.000-08:002016-01-08T08:24:31.839-08:00Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal">
Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia merupakan sebuah makalah untuk memenuh tugas kuliah</div>
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<br />
BAB I</div>
<div style="text-align: center;">
PENDAHULUAN</div>
<br />
1.1 Latar Belakang <br />
<div style="text-align: justify;">
Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan tujuannya. Pentingnya bahasa sebagai identitas manusia, tidak bisa dilepaskan dari adanya pengakuan manusia terhadap pemakaian bahasa dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Untuk menjalankan tugas kemanusiaan, manusia hanya punya satu alat, yakni bahasa. </div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan apa yang ada di benak mereka. Sesuatu yang sudah dirasakan sama dan serupa dengannya, belum tentu terasa serupa, karena belum terungkap dan diungkapkan. Hanya dengan bahasa, manusia dapat membuat sesuatu terasa nyata dan terungkap.</div>
<div style="text-align: justify;">
Era globalisasi dewasa ini mendorong perkembangan bahasa secara pesat, terutama bahasa yang datang dari luar atau bahasa Inggris. Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang digunakan sebagai pengantar dalam berkomunikasi antar bangsa. Dengan ditetapkannya Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional (Lingua Franca), maka orang akan cenderung memilih untuk menguasai Bahasa Inggris agar mereka tidak kalah dalam persaingan di kancah internasional sehingga tidak buta akan informasi dunia. </div>
<div style="text-align: justify;">
Tak dipungkiri memang pentingnya mempelajari bahasa asing, tapi alangkah jauh lebih baik bila kita tetap menjaga, melestarikan dan membudayakan Bahasa Indonesia. Karena seperti yang kita ketahui, bahasa merupakan idenditas suatu bangsa. </div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk memperdalam mengenai Bahasa Indonesia, kita perlu mengetahui bagaimana perkembangannya sampai saat ini sehingga kita tahu mengenai bahasa pemersatu dari berbagai suku dan adat-istiadat yang beranekaragam yang ada di Indonesia, yang termasuk kita di dalamnya. Maka dari itu melalui makalah ini penulis ingin menyampaikan sejarah tentang perkembangan bahasa Indonesia.</div>
<br />
1.2 Rumusan Masalah<br />
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut :</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Bagaimana sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa prakemerdekaan?</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Bagaimana sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa pascakemerdekaan?</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Apa saja peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkermbangan bahasa Indonesia?</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Bagaimana sejarah ejaan Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)?</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Bagaimana Perkembangan Bahasa Indonesia pada masa reformasi?</div>
<div style="text-align: justify;">
6. Bagaimana kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia?</div>
<br />
1.3 Tujuan Penulisan<br />
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa prakemerdekaan</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Bahasa Indonesia pada masa pascakemerdekaan</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Untuk mengetahui Peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkermbangan bahasa Indonesia</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Untuk mengetahui sejarah ejaan Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Untuk mengetahui perkembangan Bahasa Indonesia pada masa reformasi</div>
<div style="text-align: justify;">
6. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia.</div>
<br />
1.4 Manfaat<br />
Adapun manfaat dari disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut :<br />
<div style="text-align: justify;">
1. Dapat menambah wawasan mengenai sejarah perkembangan bahasa Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Dapat memahami lebih dalam nilai sejarah perkembangan bahasa Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Dapat menerapkan atau menggunakan bahasa Indonesia yang baik, benar, dan santun.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Dapat lebih mencintai serta melestarikan bahasa Indonesia agar tidak terhapus oleh bahasa asing maupun bahasa yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik, benar, dan santun. </div>
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
BAB II</div>
<div style="text-align: center;">
PEMBAHASAN</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
2.1 Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Masa Prakemerdekaan</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu di pakai sebagai bahasa penghubung antar suku di Nusantara dan sebagai bahasa yang di gunakan dalam perdagangan antara pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar Nusantara.</div>
<div style="text-align: justify;">
Perkembangan dan pertumbuhan Bahasa Melayu tampak lebih jelas dari berbagai peninggalan-peninggalan misalnya:</div>
<div style="text-align: justify;">
• Tulisan yang terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380</div>
<div style="text-align: justify;">
• Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun 683.</div>
<div style="text-align: justify;">
• Prasasti Talang Tuo, di Palembang pada Tahun 684.</div>
<div style="text-align: justify;">
• Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun 686.</div>
<div style="text-align: justify;">
• Prasati Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada Tahun 688.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan pada saat itu Bahasa Melayu telah berfungsi sebagai:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Bahasa kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisia aturan-aturan hidup dan sastra.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Bahasa perhubungan (Lingua Franca) antar suku di indonesia</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Bahasa perdagangan baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun pedagang yang berasal dari luar indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Bahasa resmi kerajaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bahasa melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara, serta makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya karena bahasa Melayu mudah di terima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia, oleh karena itu para pemuda indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa indonesia. (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).</div>
<div style="text-align: justify;">
Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia yaitu :</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa perdangangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bentuk resmi bahasa Melayu karena dipakai oleh Kesultanan Malaka, yang kelak disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi. Penggunaannya terbatas di kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada akhir abad ke-19 pemerintah kolonial Hindia-Belanda melihat bahwa bahasa Melayu (Tinggi) dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi. Pada periode ini mulai terbentuklah “bahasa Indonesia” yang secara perlahan terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor. Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua franca (bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak yang menggunakannya sebagai bahasa ibu. Bahasa ibu masih menggunakan bahasa daerah yang jumlahnya mencapai 360 bahasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada pertengahan 1800-an, Alfred Russel Wallace menuliskan di bukunya Malay Archipelago bahwa “penghuni Malaka telah memiliki suatu bahasa tersendiri yang bersumber dari cara berbicara yang paling elegan dari negara-negara lain, sehingga bahasa orang Melayu adalah yang paling indah, tepat, dan dipuji di seluruh dunia Timur. Bahasa mereka adalah bahasa yang digunakan di seluruh Hindia Belanda.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada awal abad ke-20, bahasa Melayu pecah menjadi dua. Di tahun 1901, Indonesia di bawah Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen sedangkan pada tahun 1904 Malaysia di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2.2 Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Masa Pascakemerdekaan</div>
<div style="text-align: justify;">
Berhubung dengan menyebar Bahasa Melayu ke pelosok nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama islam di wilayah nusantara. Serta makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya, karena bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat nusantara sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia oleh karena itu para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam rapat, para pemuda berikrar:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ikrar para pemuda ini di kenal dengan nama “Sumpah Pemuda”. Unsur yang ketiga dari “Sumpah Pemuda” merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa indonesia. Pada tahun 1928 bahasa Indonesia di kokohkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia di nyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945, karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 di sahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Di dalam UUD 1945 di sebutkan bahwa “Bahasa Negara Adalah Bahasa Indonesia,(pasal 36). Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa indonesia di pakai oleh berbagai lapisan masyarakat indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2.3 Peristiwa-peristiwa yang Mempengaruhi Perkermbangan Bahasa Indonesia</div>
<div style="text-align: justify;">
2.3.1 Budi Otomo</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tahun 1908, Budi Utomo yang merupakan organisasi yang bersifat kenasionalan yang pertama berdiri dan tempat terhidupnya kaum terpelajar bangsa Indonesia, dengan sadar menuntut agar syarat-syarat untuk masuk ke sekolah Belanda diperingan,. Pada kesempatan permulaan abad ke-20, bangsa Indonesia asyik dimabuk tuntutan dan keinginan akan penguasaan bahasa Belanda sebab bahasa Belanda merupakan syarat utam untuk melanjutkan pelajaran menambang ilmu pengetahuan barat.</div>
<div style="text-align: justify;">
2.3.2 Sarikat Islam</div>
<div style="text-align: justify;">
Sarekat islam berdiri pada tahun 1912. mula-mula partai ini hanya bergerak dibidang perdagangan, namun bergerak dibidang sosial dan politik jga. Sejak berdirinya, sarekat islam yang bersifat non kooperatif dengan pemerintah Belanda dibidang politik tidak perna mempergunakan bahasa Belanda. Bahasa yang mereka pergunakan ialah bahasa Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
2.3.3 Balai Pustaka</div>
<div style="text-align: justify;">
Dipimpin oleh Dr. G.A.J. Hazue pada tahu 1908 balai pustaku ini didirikan. Mulanya badan ini bernama Commissie Voor De Volkslectuur, pada tahun 1917 namanya berubah menjadi balai pustaka. Selain menerbitkan buku-buku, balai pustaka juga menerbitkan majalah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hasil yang diperoleh dengan didirikannya balai pustaka terhadap perkembangan bahasa melau menjadi bahasa Indonesia dapat disebutkan sebagai berikut :</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Meberikan kesempatan kepada pengarang-pengarang bangsa Indonesia untuk menulis cerita ciptanya dalam bahasa melayu.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk membaca hasil ciptaan bangsanya sendiri dalam bahasa melayu.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Menciptakan hubungan antara sastrawan dengan masyarakat sebab melalui karangannya sastrawan melukiskan hal-hal yang dialami oleh bangsanya dan hal-hal yang menjadi cita-cita bangsanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Balai pustaka juga memperkaya dan memperbaiki bahasa melayu sebab diantara syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh karangan yang akan diterbitkan di balai pustaka ialah tulisan dalam bahasa melayu yang bersusun baik dan terpelihara.</div>
<div style="text-align: justify;">
2.3.4 Sumpah Pemuda</div>
<div style="text-align: justify;">
Kongres pemuda yang paling dikenal ialah kongres pemuda yang diselenggarakan pada tahun 1928 di Jakarta. Pada hal sebelumnya, yaitu tahun 1926, telah pula diadakan kongres p[emuda yang tepat penyelenggaraannya juga di Jakarta. Berlangsung kongres ini tidak semata-mata bermakna bagi perkembangan politik, melainkan juga bagi perkembangan bahasa dan sastra Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari segi politik, kongres pemuda yang pertama (1926) tidak akan bisa dipisahkan dari perkembangan cita-cita atau benih-benih kebangkitan nasional yang dimulai oleh berdirinya Budi Utomo, sarekat islam, dan Jon Sumatrenan Bond. Tujuan utama diselenggarakannya kongres itu adalah untuk mempersatukan berbagai organisasi kepemudaan pada waktu itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tahun itu organisasi-organisasi pemuda memutuskan bergabung dalam wadah yang lebih besar Indonesia muda. Pada tanggal 28 Oktober 1928 organisasi pemuda itu mengadakan kongres pemuda di Jakarta yang menghasilkan sebuah pernyataan bersejarah yang kemudian lebih dikenal sebagai sumpah pemuda. Pertanyaan bersatu itu dituangkan berupa ikrar atas tiga hal, negara, bangsa, dan bahasa yang satu dalam ikrar sumpah pemuda.</div>
<div style="text-align: justify;">
Peristiwa ini dianggap sebagai awal permulaan bahasa Indonesia yang sebenarnya, bahasa Indonesia sebagai media dan sebagai simbol kemerdekaan bangsa. Pada waktu itu memang terdapat beberapa pihak yang peradaban modern. Akan tetapi, tidak bisa dipumgkiri bahwa cita-cita itu sudah menjadi kenyataan, bahasa Indonesia tidak hanya menjadi media kesatuan, dan politik, melainkan juga menjadi bahasa sastra indonesia baru.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selain itu, terdapat peristiwa-peristiwa penting lainnya dalam sejarah perkembangan bahasa Indonesia, antara lain sebagai berikut : </div>
<div style="text-align: justify;">
• Tahun 1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit ini menerbitkan novel-novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
• Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya. Hal ini untuk pertamakalinya dalam sidang Volksraad, seseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia.[17]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
• Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi Muhammad Yamin mengusulkan agar bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
• Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
• Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
• Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
• Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
• Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan ejaan Republik sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
• Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1954 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia II di Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
• Tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
• Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan </div>
<div style="text-align: justify;">
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
• Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1978 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III di Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
• Tanggal 21-26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
• Tanggal 28 Oktober s.d 3 November 1988 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Indonesia dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
• Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1993 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
• Tanggal 26-30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VII di Hotel Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2.4 Sejarah Perkembangan EYD</div>
<div style="text-align: justify;">
Ejaan merupakan cara atau aturan menulis kata-kata dengan huruf menurut disiplin ilmu bahasa. Dengan adanya ejaan diharapkan para pemakai menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar sesuai aturan-aturan yanga ada. Sehingga terbentuklah kata dan kalimat yang mudah dan enak didengar dan dipergunankan dalam komonikasi sehari hari. Sesuai dengan apa yang telah diketahui bahwa penyempurnaan ejaan bahsa Indonesia terdiri dari:</div>
<div style="text-align: justify;">
2.4.1 Ejaan van Ophuijsen</div>
<div style="text-align: justify;">
Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Charles Van Ophuijsen yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim menyusun ejaan baru ini pada tahun 1896. Pedoman tata bahasa yang kemudian dikenal dengan nama ejaan van Ophuijsen itu resmi diakui pemerintah kolonial pada tahun 1901. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mulaï dengan ramai. Juga digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dsb.</div>
<div style="text-align: justify;">
2.4.2 Ejaan Soewandi</div>
<div style="text-align: justify;">
Ejaan Soewandi adalah ketentuan ejaan dalam Bahasa Indonesia yang berlaku sejak 17 Maret 1947. Ejaan ini kemudian juga disebut dengan nama edjaan Soewandi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu. Ejaan ini mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuijsen yang mulai berlaku sejak tahun 1901.</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak, rakjat, dsb.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mendampinginya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Perbedaan-perbedaan antara ejaan ini dengan ejaan Van Ophuijsen ialah:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. huruf ‘oe’ menjadi ‘u’, seperti pada goeroe → guru.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. bunyi hamzah dan bunyi sentak yang sebelumnya dinyatakan dengan (‘) ditulis dengan ‘k’, seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti ubur2, ber-main2, ke-barat2-an.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. awalan ‘di-’ dan kata depan ‘di’ kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Kata depan ‘di’ pada contoh dirumah, disawah, tidak dibedakan dengan imbuhan ‘di-’ pada dibeli, dimakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ejaan Soewandi ini berlaku sampai tahun 1972 lalu digantikan oleh Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) pada masa menteri Mashuri Saleh. Pada masa jabatannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, pada 23 Mei 1972 Mashuri mengesahkan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan dalam bahasa Indonesia yang menggantikan Ejaan Soewandi. Sebagai menteri, Mashuri menandai pergantian ejaan itu dengan mencopot nama jalan yang melintas di depan kantor departemennya saat itu, dari Djl. Tjilatjap menjadi Jl. Cilacap.</div>
<div style="text-align: justify;">
2.4.3 Ejaan Yang Disempurnakan</div>
<div style="text-align: justify;">
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB). Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan buku panduan pemakaian berjudul “Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan” dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah:</div>
<div style="text-align: justify;">
‘tj’ menjadi ‘c’ : tjutji → cuci</div>
<div style="text-align: justify;">
‘dj’ menjadi ‘j’ : djarak → jarak</div>
<div style="text-align: justify;">
‘oe’ menjadi ‘u’ : oemoem → umum</div>
<div style="text-align: justify;">
‘j’ menjadi ‘y’ : sajang → sayang</div>
<div style="text-align: justify;">
‘nj’ menjadi ‘ny’ : njamuk → nyamuk</div>
<div style="text-align: justify;">
‘sj’ menjadi ‘sy’ : sjarat → syarat</div>
<div style="text-align: justify;">
‘ch’ menjadi ‘kh’ : achir → akhir</div>
<div style="text-align: justify;">
Awalan ‘di-’ dan kata depan ‘di’ dibedakan penulisannya. Kata depan ‘di’ pada contoh “di rumah”, “di sawah”, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara ‘di-’ pada dibeli, dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2.5 Perkembangan Bahasa Indonesia pada Masa Reformasi</div>
<div style="text-align: justify;">
Munculnya Bahasa Media Massa (bahasa Pers):</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Bertambahnya jumlah kata-kata singkatan (akronim);</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Banyak penggunaan istilah-istilah asing atau bahasa asing adalam surat kabar.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pers telah berjasa dalam memperkenalkan istilah baru, kata-kata dan ungkapan baru, seperti KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme), kroni, konspirasi, proaktif, rekonsiliasi, provokator, arogan, hujat, makar, dan sebagainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bahasa Indonesia sudah mulai bergeser menjadi bahasa kedua setelah Bahasa Inggris ataupun bahasa gaul. Selain itu, dipengaruhi pula oleh media iklan maupun artis yang menggunakan istilah baru yang merupakan penyimpangan dari kebenaran cara berbahasa Indonesia maupun mencampuradukan bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2.6 Kedudukan Bahasa Indonesia</div>
<div style="text-align: justify;">
Bahasa Indonesia memiliki 2 (dua) kedudukan, yakni sebagai berikut :</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Sebagai bahasa nasional.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonsia memiliki fungsi sebagai berikut :</div>
<div style="text-align: justify;">
a. Sebagai identitas bangsa.</div>
<div style="text-align: justify;">
b. Sebagai pemersatu bangsa.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Sebagai bahasa negara. </div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai berikut :</div>
<div style="text-align: justify;">
a. Sebagai pengantar pendidikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
b. Sebagai bahasa dalam hukum.</div>
<div style="text-align: justify;">
c. Sebagai bahasa dalam teknologi informasi.</div>
d. Sebagai bahasa resmi negara.<br />
<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
BAB III</div>
<div style="text-align: center;">
PENUTUP</div>
<br />
3.1 Simpulan <br />
<div style="text-align: justify;">
Dapat disimpulkan dari makalah ini, bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa melayu dipilih sebagai bahasa pemersatu (bahasa Indonesia) karena :</div>
<div style="text-align: justify;">
• Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa perdangangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
• Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).</div>
<div style="text-align: justify;">
• Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional</div>
<div style="text-align: justify;">
• Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas. </div>
<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
DAFTAR PUSTAKA</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Anonym. 2013. Makalah Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia,</div>
<div style="text-align: justify;">
Anak, Pesisir. 2012. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia </div>
<div style="text-align: justify;">
Kartika, Nur Ramadha. 2009. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia. <a href="http://dedikbaihaqi.blogspot.com/2015/12/tentang-sejarah-sastra-indonesia.html">http://dedikbaihaqi.blogspot.com/2015/12/tentang-sejarah-sastra-indonesia.html</a> diakses pada Rabu, 27 Desember 2015 pukul 13.00 WIB.</div>
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05991669098455215782noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3744426030060054152.post-56563078418406953802016-01-05T07:40:00.000-08:002016-01-05T07:40:56.725-08:00Bahasa Indonesia dan Konteks Pendidikan Indonesia<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
</style>
<![endif]--><b>Bahasa Indonesia dan Konteks Pendidikan Indonesia</b>
</div>
<br />
Bahasa Indonesia merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi, baik melalui lisan maupun tulisan. Ini adalah fungsi dasar bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan, yakni sebagai bahasa nasional (28 Oktober 1928) dan bahasa negara (18 Agustus 1945). <br />
Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2009 BAB III tentang Bahasa Negara Bagian Kesatu Umum Pasal 25 ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut.<br />
<br />
“Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara dalam Pasal 36 Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 bersumber dari bahasa yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan yang dikembangkan sesuai dengan dinamika peradaban bangsa”.<br />
<br />
Disamping memiliki kedudukan, bahasa Indonesia juga memiliki fungsinya masing-masing sesuai dengan kedudukan yang dimilikinya. Bahasa Indonesia memiliki fungsi dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, yakni: (1) sebagai alat atau sarana pemersatu berbagai suku bangsa, (2) sebagai lambang identitas nasional atau jati diri bangsa, (3) sebagai lambang kebanggaan nasional, dan (4) sebagai alat atau sarana komunikasi antardaerah dan antarbudaya daerah. <br />
Kemudian fungsi bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, yakni: (1) sebagai bahasa resmi kenegaraan, (2) sebagai bahasa dalam hukum dan perundang-undangan, (3) sebagai alat atau sarana pengembang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan budaya, serta (4) sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. <br />
Berdasarkan uraian di atas, maka sudah sangat jelas kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia, sehingga bahasa Indonesia memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari, termasuk bidang-bidang khusus misalnya dalam bidang pendidikan atau menjalankan suatu pemerintahan. <br />
Kemudian dari salah satu fungsi bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, muncullah pertanyaan “Bagaimanakah bahasa Indonesia dalam konteks pendidikan?”. Asumsi awal untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah “Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan”. Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang No. 24 Tahun 2009 Pasal 29 ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut.<br />
<br />
“Bahasa Indonesia wajib digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan nasional”. <br />
<br />
Mengenai bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan, seperti yang telah kita ketahui bahwa dunia pendidikan di sebuah Negara memerlukan sebuah bahasa yang seragam agar kelangsungan pendidikan tidak terhambat atau terganggu. Mengapa? Karena pemakaian lebih dari satu bahasa dalam dunia pendidikan akan mengganggu keefektifan pelaksanaan pendidikan. Mengingat fungsi utama bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi dan memperoleh informasi dan menjelaskan suatu informasi atau materi pelajaran yang terkait secara kontekstual. Sehingga dengan sebuah keseragaman bahasa tersebut, diharapkan dapat menjadikan kegiatan pendidikan berjalan dengan baik dan lancar. <br />
Selain itu, peserta didik dari tempat yang berbeda tetap dapat saling berhubungan atau berbagai informasi dengan mudah karena bahasa yang mereka gunakan dapat dipahami satu sama lain. Dengan demikian, bahasa Indonesia merupakan satu-satunya bahasa yang dapat memenuhi kebutuhan akan bahasa yang seragam dalam pendidikan di Indonesia.<br />
Namun, tidak hanya bahasa Indonesia saja yang dijadikan sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan. Tetapi bahasa asing pun dapat dijadikan sebagai bahasa pengantar dengan ketentuan-ketentuan tertentu. Seperti yang terdapat dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2009 Pasal 29 ayat (2) yang berbunyi sebagai berikut.<br />
<br />
“Bahasa pengantar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menggunakan bahasa asing untuk tujuan yang mendukung kemampuan berbahasa asing peserta didik”. <br />
<br />
Meskipun Pasal 29 ayat (2) berbunyi seperti itu, tetapi bahasa pengantar dalam dunia pendidikan harus diutamakan menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini berkaitan dengan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Dan bahasa Indonesia pun penting untuk dipelajari terutama oleh bangsa Indonesia agar tidak hanya dapat mengetahui teori, tetapi juga belajar menerapkan bagaimana menggunakan bahasa Indonesia dengan baik, benar dan santun. <br />
Bahasa Indonesia dalam konteks pendidikan memiliki peranan penting untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar dan segala hal dalam konteks pendidikan. Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan juga dibuktikan dengan pemakaian bahasa Indonesia sebagai pengantar pendidikan dari taman kanak-kanak hingga ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Oleh sebab itu, materi pelajaran yang berbentuk media cetak juga harus menggunakan bahasa Indonesia. Jika buku referensi mata pelajaran yang menggunakan bahasa Indonesia masih kurang cukup, maka dapat melakukan cara menterjemahkan buku-buku yang berbahasa asing atau menyusunnya sendiri. Karena dengan cara ini akan sangat membantu dalam meningkatkan perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).<br />
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia dalam konteks pendidikan menjadi bahasa pengantar yang wajib dalam setiap kegiatan pendidikan nasional. Dalam pemakaiannya, bahasa Indonesia telah berkembang pesat mengikuti perkembangan zaman dan sudah tersebar luas, sehingga bukan hanya terbatas pada bahasa pengantar saja, akan tetapi bahan-bahan ajar juga menggunakan bahasa Indonesia. Dalam konteks ini bahasa Indonesia adalah bahasa yang membuka jalan bagi kita untuk menjadi anggota yang seutuhnya dari bangsa Indonesia.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05991669098455215782noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3744426030060054152.post-46269479671684386912016-01-04T07:22:00.000-08:002016-01-04T07:22:16.494-08:00ETIKA BAHASA JURNALISTIK BERDASARKAN GAYA BAHASA INDONESIA<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTbBIONGdo-bXmVOznSB0wu6htzzf1IoBipQ3P_RT30vCTjCZIm2ekDkp6qJuvv1PXonwHSeysboNLg9QmPzFWAZzpNTyyshKLI0r3-u1lEp4w4dvXzHqd9gySbGHpNb1WeC-d-9bLmiQ/s1600/download.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br /></a></div>
ETIKA BAHASA JURNALISTIK BERDASARKAN GAYA BAHASA INDONESIA<br /><br /><br /><b>BAB I</b><br />
<div style="text-align: center;">
<b>PENDAHULUAN</b></div>
<br />
<b>1.1 Latar Belakang</b><br />
<div style="text-align: justify;">
Manusia adalah pembuat nilai etika. Beberapa filosof, membedakan antara etika dan moral sebagai konsep. Etika dinyatakan sebagai kajian umum dan sistematik tentang apa yang seharusnya menjadi prinsip banar dan salah dari perilaku manusia. Sementara moral atau moralitas adalah standar benar dan salah yang praktis, spesifik, disepakati bersama, dan dialihkan secara kultural. Tetapi filosof lain menggunakan terma-terma etika dan moral dalam pengertian yang bisa saling dipertukarkan (Johannesen, 1996: 1-2).</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan demikian, etika suatu masyarakat tentang suatu hal, misalnya tentang komunikasi manusia, bersifat relatif. Artinya hanya berlaku untuk masyarakat tersebut dan tidak mengikat masyarakat-masyarakat lainnya. Bahkan sebagian orang percaya, etika komunikasi bersifat individual, personal, dan subyektif (Wenburg dan Wilmot, 1973: 71-71). </div>
<div style="text-align: justify;">
Begitu juga dengan etika bahasa jurnalistik. Setiap negara memiliki sistem ideologi dan sistem politiknya masing-masing. Sistem ideologi dan politik inilah yang kemudian juga melekat dalam sistem pers atau sistem media massa suatu negara yang di dalamnya bersemi etika.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam etika bahasa jurnalistik, komitmen, kapasitas, kualitas, dan kredibilitas suatu media, benar-benar dipertaruhkan. Seorang jurnalis kurang bermoral dari media yang tidak profesional, akan memandang etika bahasa jurnalistik sebagai suatu kemustahilan. Sebalikya seorang jurnalis bermoral dari media profesional, akan melihat etika bahasa jurnalistik sebagai suatu keharusan. Dengan etika, fungsi media tercerahkan dan termuliakan. Tanpa etika, kehadiran suatu media awal dari kehancuran.Berdasarkan hal tersebut maka dalam etika bahasa jurnalistik memiliki pedoman-pedoman yang harus ditaati oleh setiap oraganisasi kejurnalistikan agar untuk tidak keluar dari koridor yuridis, sosiologis, dan koridor etis.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<b>1.2 Rumusan Masalah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat beberapa rumusan masalah yakni sebagai berikut : </div>
<div style="text-align: justify;">
a. Apa arti dan definisi etika ?</div>
<div style="text-align: justify;">
b. Apa pengertian, ciri dan prinsip bahasa jurnalistik?</div>
<div style="text-align: justify;">
c. Apa pengertin etika bahasa jurnalistik ?</div>
<div style="text-align: justify;">
d. Apa definisi dan pedoman etika bahasa jurnalistik ?</div>
<div style="text-align: justify;">
e. Bagaiamanakah bahasa indonesia ragam jurnalistik?</div>
<div style="text-align: justify;">
f. Apa saja penyimpangan bahasa jurnalistik?</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<b>1.3 Tujuan Penulisan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :</div>
<div style="text-align: justify;">
a. Mengetahui arti dan definisi etika.</div>
<div style="text-align: justify;">
b. Mengetahui dan memahami pengetian, ciri dan prinsip bahasa jurnalistik.</div>
<div style="text-align: justify;">
c. Mengetahui pengertian etika bahasa jurnalistik.</div>
<div style="text-align: justify;">
d. Memahami definisi dan pedoman etika bahasa jurnalistik.</div>
<div style="text-align: justify;">
e. Mengetahui dan memahami bahasa indonesia ragam jurnalistik.</div>
<div style="text-align: justify;">
f. Mengetahui dan memahami penyimpangan bahasa jurnalistik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>1.4 Manfaat Penulisan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun manfaat penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :</div>
<div style="text-align: justify;">
a. Penulis dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang etika bahasa jurnalistik.</div>
<div style="text-align: justify;">
b. Pembaca dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang etika bahasa jurnalistik.</div>
<div style="text-align: justify;">
c. Penulis dan pembaca dapat memperoleh pengetahuan serta pemahaman tentang pedoman etika bahasa jurnalistik.</div>
<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>BAB II</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PEMBAHASAN</b></div>
<b><br /></b><b>2.1 Arti dan Definisi Etika </b><br />
<div style="text-align: justify;">
Secara etimologis, berdasarkan yang diungkapkan Bertens dalam (Hikmat, 2011) etika berasal dari bahasa Yunani Kuno, ethikos, yang berarti timbul dari kebiasaan. Ada juga yang mengkategorikan berasal dari kata ethos yang berarti adat atau kebiasaan atau bentuk jamaknya la etha atau ta ethe yang artinya samaadat kebiasaan. Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan. Moral atau moralitas untuk perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Istilah lain yang identik dengan etika adalah susila dan akhlak. Susila (Sansekerta),lebih menunjukan kepada dasar-dasar, prinsip, dan aturan hidup (sila) yang lebih baik (su). Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak menurut Ruslan dalam (dalam Lastra, 2011).</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Ki Hajar Dewantara, etika adalah ilmu yang mempelajari segala soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan, sampai mengenai tujuan yang dapat merupakan perbuatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut K. Bertens, etika dapat dibedakan dalam tiga arti. Pertama, kata etika bisa dipakai dalam arti: nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Kedua, etika berarti juga kumpulan asas atau niali moral. Maksudnya adalah kode etik. Ketiga, etika adalah ilmu tentang apa yang baik atau buruk.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam hukum dan masyarakat terdapat etika. Jika hukum berbicara tentang peraturan tertulis dan bersifat memaksa, maka etika lebih banyak menyentuh peraturan tidak tertulis sebagai hasil kesepakatan-kesepakatan dalam masyarakat yang diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Dalam etika tak ada kekuatan yang sifatnya memaksa. Etika berpulang pada hati nurani setiap individu (Sumadiria, 2005: 228).</div>
<br />
<b>2.2 Bahasa Jurnalistik</b><br />
<b>2.2.1 Pengertian Bahasa Jurnalistik</b><br />
<div style="text-align: justify;">
Menurut Jus Badudu dalam (dalam Nina, 2013), bahasa jurnalistik tunduk pada bahasa baku. Bahasa baku ialah bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang paling luas pengaruhnya dan paling besar wibawanya. Kemudian dalam (dalam Sarwoko, 2007) Jus Badudu menyatakan bahwa bahasa jurnalistik itu harus sederhana, mudah dipahami, teratur, dan efektif. Bahasa yang sederhana dan mudah dipahami berarti menggunakan kata dan struktur kalimat yang mudah dimengerti pemakai bahasa umum. Bahasanya teratur berarti setiap kata dalam kalimat sudah ditempatkan sesuai dengan kaidah. Efektif, bahasa pers haruslah tidak bertele-tele, tetapi tidak juga terlalu berhemat sehingga maknanya menjadi kabur. </div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan berpijak pada pendapat para pakar dan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa bahasa jurnalistik merupakan bahasa yang digunakan oleh para wartawan, redaktur, atau pengolah media massa dalam menyusun dan menyajikan, memuat, menyiarkan, dan penayang berita serta laporan peristiwa atau pernyataan yang benar, aktual, penting dan atau menarik dengan tujuan agar mudah dipahami isinya dan cepat ditangkap maknanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>2.2.2 Ciri Bahasa Jurnalistik</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Terdapat 17 ciri utama bahasa jurnalistik yang berlaku untuk semua bentuk media berkala tersebut. yakni sederhana, singkat, padat, lugas, jelas, jernih, menarik, demokratis, populis, logis, gramatikal, menghindari kata tutur, menghindari kata dan istilah asing, pilihan kata. (diksi) yang tepat, mengutamakan kalimat aktif, sejauh mungkin menghindari pengunaan kata atau istilah-istilah teknis, dan tunduk kepada kaidah etika (Sumadiria, 2005:53-61). Berikut perincian penjelasannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Sederhana</div>
<div style="text-align: justify;">
Sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau. kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang sangat heterogen, baik dilihat dari tingkat intelektualitasnya maupun karakteristik demografis dan psikografisnya. Kata-kata dan kalimat yang rumit, yang hanya dipahami maknanya oleh segelintir orang, tabu digunakan dalam bahasa jurnalistik.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Singkat</div>
<div style="text-align: justify;">
Singkat berarti langsung kepada pokok masalah (to the point), tidak bertele-tele, tidak berputar-putar, tidak memboroskan waktu pembaca yang sangat berharga. Ruangan atau kapling yang tersedia pada kolom-¬kolom halaman surat kabar, tabloid, atau majalah sangat terbatas, sementara isinya banyak dan beraneka ragam. Konsekwensinya apa pun pesan yang akan disampaikan tidak boleh bertentangan dengan filosofi, fungsi, dan karakteristik pers.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Padat</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut. PatmonoSK, redaktur senior Sinar Harapan dalam buku Teknik Jurnalislik (1996: 45), padat dalam bahasa jurnalistik berarti sarat informasi. Setiap kalimat dan paragrap yang ditulis memuat banyak informasi penting dan menarik untuk khalayak pembaca. Ini berarti terdapat perbedaan yang tegas antara kalimat singkat dan kalimat padat. Kalinat yang singkat tidak berarti memuat banyak informasi. Sedangkan kaliamat yang padat, kecuali singkat juga mengandung lebih banyak informasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Lugas</div>
<div style="text-align: justify;">
Lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari eufemisme atau penghalusan kata dan kalimat yang bisa membingunglian khalayak pembaca sehingga terjadi perbedaan persepsi dan kesalahan konklusi. Kata yang lugas selalu menekankan pada satu arti serta menghindari kemungkinan adanya penafsiran lain terhadap arti dan makna kata tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
5.Jelas</div>
<div style="text-align: justify;">
Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan kabur. Sebagai contoh, hitam adalah wara yang jelas. Putih adalah warna yang jelas. Ketika kedua warna itu disandingkan, maka terdapat perbedaan yang tegas mana disebut hitam, mana pula yang disebut putih. Pada. Kedua warna itu sama sekali tidak ditemukan nuansa warna abu-abu. Perbedaan warna hitam dan putih melahirkan kesan kontras. Jelas di sini mengandung tiga arti: jelas artinya, jelas susunan kata atau kalimatnya sesuai dengan kaidah subjek-objek-predikat- keterangan (SPOK), jelas sasaran atau maksudnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
6.Jernih</div>
<div style="text-align: justify;">
Jernih berarti bening, tembus pandang, transparan, jujur, tulus, tidak menyembunyikan sesuatu yang lain yang bersifat negatif seperti prasangka atau fitnah. Sebagai bahan bandingan, kita hanya dapat menikmati keindahan ikan hias arwana atau oscar hanya pada akuarium dengan air yang jernih bening. Oscar dan arwana tidak akan melahirkan pesona yang luar biasa apabila dimasukkan ke dalam kolam besar di persawahan yang berair keruh.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam pendekatan analisis wacana, kata dan kalimat yang jernih berarti kata dan kalimat yang tidak memiliki agenda tersembunyi di balik pemuatan suatu berita atau laporan kecuali fakta, kebenaran, kepentingan public. Dalam bahasa kiai, jermh berarti bersikap berprasangka baik (husnudzon) dan sejauh mungkin menghindari prasangka buruk (suudzon). Menurut orang komunikasi, jernih berarti senantiasa mengembangkan pola piker positif (positive thinking) dan menolak pola pikir negative (negative thinking). Hanya dengan pola pikir positif kita akan dapat melihat semua fenomena dan persoalan yang terdapat dalam masyarakat dan pemerintah dengan kepala dingin, hati jernih dan dada lapang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pers, atau lebih luas lagi media massa, di mana pun tidak diarahkan untuk membenci siapa pun. Pers ditakdirkan untuk menunjukkan sekaligus mengingatkan tentang kejujuran, keadilan, kebenaran, kepentingan rakyat. Tidak pernah ada dan memang tidak boleh ada, misalnya hasutan pers untuk meraih kedudukan atau kekuasaan politik sebagaimana para anggota dan pimpinan partai politik.</div>
<div style="text-align: justify;">
7. Menarik</div>
<div style="text-align: justify;">
Bahasa jurnalistik harus menarik. Menarik artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca, memicu selera baca, serta membuat orang yang sedang tertidur, terjaga seketika. Bahasa jurnalistik berpijak pada prinsip: menarik, benar, dan baku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bahasa ilmiah merujuk pada pedoman: benar dan baku saja. Inilah yang menyebabkan karya-karya ilmiah lebih cepat melahirkan rasa kantuk ketika dibaca daripada memunculkan semangat dan rasa penasaran untuk disimak lebih lama. Bahasa jurnalistik hasil karya wartawan, sementara karya ilmiah hasil karya ilmuwan. Wartawan sering juga disebut seniman. </div>
<div style="text-align: justify;">
Bahasa jurnalistik menyapa khalayak pembaca dengan senyuman atau bahkan cubitan sayang, bukan dengan mimik muka tegang atau kepalan tangan dengan pedang. Karena itulah, sekeras apa pun bahasa jurnalistik, ia tidak akan dan tidak boleh membangkitkan kebencian serta permusuhan dari pembaca dan pihak mana pun. Bahasa jurnalistik memang harus provokatif tetapi tetap merujuk kepada pendekatan dan kaidah normatif. Tidak semena-mena, tidak pula bersikap durjana. Perlu ditegaskan salah satu fungsi pers adalah edukatif. Nilai dan nuansa edukatif itu, juga harus tampak pada bahasa jurnalistik pers.</div>
<div style="text-align: justify;">
8. Demokratis</div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu ciri yang paling menonjol dari bahasa jurnalistik adalah demokratis. Demokratis berarti bahasa jurnalistik tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta, atau perbedaan dari pihak yang menyapa dan pihak yang disapa sebagaimana di jumpai dalam gramatika bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Bahasa jurnalistik menekankan aspek fungsional dan komunal, sehingga samasekali tidak dikenal pendekatan feudal sebagaimana dijumpai pada masyarakat dalam lingkungan priyayi dan kraton.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bahasa jurnalistik memperlakukan siapa pun apakah presiden atau tukang becak, bahkan pengemis dan pemulung secara sama.Kalau dalam berita disebutkan presiden mengatakan, maka kata mengatakan tidak bisa atau harus diganti dengan kata bersabda. Presiden dan pengemis keduanya tetap harus ditulis mengatakan. Bahasa jurnalistik menolak pendekatan diskriminatif dalam penulisan berita, laporan, gambar, karikatur, atau teks foto.</div>
<div style="text-align: justify;">
Secara ideologis, bahasa jurnalistik melihat setiap individu memiliki kedudukan yang sama di depan hukum schingga orang itu tidak boleh diberi pandangan serta perlakuan yang berbeda. Semuanya sejajar dan sederajat. Hanya menurut perspektif nilai berita (news value) yang membedakan diantara keduanya. Salah satu penyebab utama mengapa bahasa Indonesia dipilih dan ditetapkan sebagai bahasa negara, bahasa pengikat persatuan dan kesatuan bangsa, karena. bahasa Melayu sebagai cikal bakal bahasa Indonesia memang sangat demokratis. Sebagai contoh, prisiden makan, saya makan, pengemis makan, kambing makan.</div>
<div style="text-align: justify;">
9. Populis</div>
<div style="text-align: justify;">
Populis berarti setiap kata, istilah, atau kalimat apa pun yang terdapat dalam karya-karya jurnalistik harus akrab di telinga, di mata, dan di benak pikiran khalayak pembaca, pendengar, atau. pemirsa. Bahasa jurnalistik harus merakyat, artinya diterima dan diakrabi oleh semua lapisan masyarakat. Mulai dari pengamen sampai seorang presiden, para pembantu rumah tangga sampai ibu-ibu pejabat dharma wanita. Kebalikan dari populis adalah elitis. Bahasa yang elitis adalah bahasa yang hanya dimengerti dan dipahami segelintir kecil orang saja, terutama mereka yang berpendidikan dan berkedudukan tinggi.</div>
<div style="text-align: justify;">
10. Logis</div>
<div style="text-align: justify;">
Logis berarti apa pun yang terdapat dalam kata, istilah, kalimat, atau paragraph jurnalistik harus dapat diterima dan tidak bertentangan dengan akal sehat (common sense). Bahasa jurnalistik harus dapat diterima dan sekaligus mencerminkan nalar. Di sini berlaku hokum logis. Sebagai contoh, apakah logis kalau dalam berita dikatakan: jumlah korban tewas dalam musibah longsor dan banjir banding itu 225 orang namun sampai berita ini diturunkan belum juga melapor.. Jawabannya tentu saja sangat tidak logis, karena mana mungkin korban yang sudah tewas, bisa melapor?</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut salah seorang wartawan senior Kompas dalam bukunya yang mengupas masalah kalimat jumalistik, dengan berbekal kemampuan menggunakan logika (silogisme), seorang wartawan akan lebih jeli menangkap suatu keadaan, fakta, persoalan, ataupun pernyataan seorang sumber berita. Ia akan lebih kritis, tidak mudah terkecoh oleh sumber berita yang mengemukakan peryataan atau keterangan dengan motif-motif tertentu (Dewabrata, 2004:76).</div>
<div style="text-align: justify;">
11. Gramatikal</div>
<div style="text-align: justify;">
Gramatikal berarti kata, istilah, atau kalimat apa pun yang dipakai dan dipilih dalam bahasa jurnalistik harus mengikuti kaidah tata bahasa baku. Bahasa baku artinya bahasa resmi sesuai dengan ketentuan tata bahasa serta pedoman ejaan yang disempurnakan berikut pedoman pembentukan istilah yang menyertainya. Bahasa baku adalah bahasa yang paling besar pengaruhnya dan paling tinggi wibawanya pada suatu bangsa atau kelompok masyarakat. Contoh berikut adalah bahasa jurnalistik nonbaku atau tidak gramatikal: Ia bilang, presiden menyetujui anggaran pendidikan dinaikkan menjadi 15 persen dari total APBN dalam tiga tahun ke depan. Contoh bahasa jumalistik baku atau gramatikal: Ia mengatakan, presiden menyetujui anggaran pendidikan dinaikkan menjadi 25 persen dari total APBN dalam lima tahun ke depan.</div>
<div style="text-align: justify;">
12. Menghindari kata tutur</div>
<div style="text-align: justify;">
Kata tutur ialah kata yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari secara informal. Kata tutur ialah kata-kata yang digunakan dalam percakapan di warung kopi, terminal, bus kota, atau di pasar. Setiap orang bebas untuk menggunakan kata atau istilah apa saja sejauh pihak yang diajak bicara memahami maksud dan maknanya. Kata tutur ialah kata yang hanya menekankan pada pengertian, sama sekali tidak memperhatikan masalah struktur dan tata bahasa. Contoh kata-kata tutur: bilang, dilangin, bikin, diksih tahu, mangkanya, sopir, jontor, kelar, semangkin.</div>
<div style="text-align: justify;">
13. Menghindari kata dan istilah asing</div>
<div style="text-align: justify;">
Berita ditulis untuk dibaca atau didengar. Pembaca atau pendengar harus tahu arti dan makna setiap kata yang dibaca dan didengarnya. Berita atau laporan yang banyak diselipi kata-kata asing, selain tidak informatif dan komunikatif juga membingungkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut teori komunikasi, khalayak media massa anonym dan heterogen. tidak saling mengenal dan benar-benar majemuk, terdiri atas berbagai suku bangsa, latar belakang sosial-ekonomi, pendidikan, pekerjaan, profesi dan tempat tinggal. Dalam perspektif teori jurnalistik, memasukkan kata atau istilah asing pada berita yang kita tulis, kita udarakan atau kita tayangkan, sama saja dengan sengaja menyebar banyak duri di tengah jalan. Kecuali menyiksa diri sendiri, juga mencelakakan orang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
14. Pilihan kata (diksi) yang tepat</div>
<div style="text-align: justify;">
Bahasa jurnalistik sangat menekankan efektivitas. Setiap kalimat yang disusun tidak hanya harus produktif tetapi juga tidak boleh keluar dari asas efektifitas. Artinya setiap kata yang dipilih, memang tepat dan akurat sesuai dengan tujuan pesan pokok yang ingin disampaikan kepada khlayak. Pilihan kata atau diksi, dalam bahasa jurnalistik, tidak sekadar hadir sebagai varian dalam gaya, tetapi juga sebagai suatu keputusan yang didasarkan kepada pertimbangan matang untuk mencapai efek optimal terhadap khalayak.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pilihan kata atau diksi yang tidak tepat dalam setiap kata jurnalistik, bisa menimbulkan akibat fatal. Seperti ditegaskan seorang pakar bahasa terkemuka, pengertian pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh jalinan kata itu. Istilah ini bukan saja digunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi persoalan fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan. </div>
<div style="text-align: justify;">
Fraseologi mencakup persoalan kata-kata dalam pengelompokan atau susunannya, atau yang menyangkut cara-cara yang khusus berbentuk ungkapan-ungkapan. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi bertalian dengan ungkapan-ungkapan yang individual atau karakteristik, atau yang memiliki nilai arstistik yang tinggi (Keraf, 2004:22-23).</div>
<div style="text-align: justify;">
15. Mengutamakan kalimat aktif</div>
<div style="text-align: justify;">
Kalimat akiff lebih mudah dipahami dan lebih disukai oleh khalayak pembaca daripada kalimat pasif. Sebagai contoh presiden mengatakan, bukan dikatakan oleh presided.Contoh lain, pencuri mengambil perhiasan dari dalam almari pakaian, dan bukan diambilnya perhiasan itu dari dalam almari pakaian oleh pencuri. Bahasa jurnalistik harus.jelas susunan katanya, dan kuat maknanya (clear and strong). Kalimat aktif lebih memudahkan pengertian dan memperjelas pemahaman. Kalimat pasif sering menyesatkan pengertian dan mengaburkan pemahaman.</div>
<div style="text-align: justify;">
16. Menghindari kata atau istilah teknis</div>
<div style="text-align: justify;">
Karena ditujukan untuk umum, maka bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca, tidak membuat kening berkerut apalagi sampai membuat kepala berdenyut. Salah satu cara untuk itu ialah dengan menghindari penggunaan kata atau istilah-istilah teknis. Bagaimanapun kata atau istilah teknis hanya berlaku untuk kelompok atau komunitas tertentu yang relatif homogen. Realitas yang homogen, menurut perspektif filsafat bahasa tidak boleh dibawa ke dalam realitas yang heterogen. Kecuali tidak efelitf, juga mengandung unsur pemerkosaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai contoh, berbagai istilah teknis dalam dunia kedokteran, atau berbagai istilah teknis dalam dunia mikrobiologi, tidak akan bisa dipahami maksudnya oleh khalayak pembaca apabila dipaksakan untuk dimuat dalam berita, laporan, atau tulisan pers. Supaya mudah dicerna dan mudah dipahami maksudnya, maka istilah-istilah teknis itu harus diganti dengan istilah yang bisa dipahami oleh masyarakat umum. Kalaupun tak terhindarkan, maka istilah teknis itu harus disertai penjelasan dan ditempatkan dalam tanda kerung. </div>
<div style="text-align: justify;">
Surat kabar, tabloid, atau majalah yang lebih banyak memuat kata atau istilah teknis, mencerminkan media itu : </div>
<div style="text-align: justify;">
o kurang melakukaii pembinaan dan pelatihan terhadap wartawannya yang malas, </div>
<div style="text-align: justify;">
o tidak memiliki editor bahasa, </div>
<div style="text-align: justify;">
o idak memiliki buku panduan peliputan dan penulisan berita serta laporan, atau </div>
<div style="text-align: justify;">
o tidak memiliki sikap profesional. dalam mengelola penerbitan pers yang berkualitas.</div>
<div style="text-align: justify;">
17. Tunduk kepada kaidah etika</div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu fungsi utama pers adalah edukasi, mendidik (to educated), Fungsi ini bukan saja harus, tercermin pada materi isi berita, laporan, gambar, dan artikel-aritikelnya, melainkan juga harus tampak pada bahasanya. Pada bahasa tersimpul etika. Bahasa tidak saja mencerminkan pikiran tapi sekaligus juga menunjukkan etika orang itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>2.2.3 Prinsip Dasar Bahasa Jurnalistik</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Penggunaan bahasa jurnalistik itu tidak boleh sembarangan. Melainkan harus berdasarkan kaidah-kaidah dari bahasa Indonesia itu sendiri. Dan sesuai prinsip-prinsip dasar dalam bahasa jurnalistik yang telah ditentukan. </div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam bahasa jurnalistik ada empat prinsip retorika tekstual yang dikemukakan oleh Leech, yaitu prinsip prosesibilitas, prinsip kejelasan, prinsip ekonomi, dan prinsip ekspresifitas.</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Prinsip Prosesibilitas</div>
<div style="text-align: justify;">
Prinsip ini merupakan suatu proses dimana penulis harus memahami dari pesan yang akan disampaikan. Sehingga pembaca dapat mudah memahaminya, maka di sini penulis harus menentukan beberapa hal yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
o Bagaimana membagi pesan-pesan menjadi satuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
o Bagaimana tingkat subordinasi dan seberapa pentingnya masing-masing satuan tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
o Bagaiman mengurutkan satuan-satuan pesan tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketiga hal di atas akan saling berkaitan. Penyusunan bahasa jurnalistik dengan menerapkan bahasa Indonesia yang baik itu harus cepat menimbulkan pemahaman pembaca dalam kondisi apapun tentang fakta atau berita yang disampaikan. Sehingga, prinsip prosesibilitas ini tidak terlanggar.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Prinsip Kejelasan</div>
<div style="text-align: justify;">
Yaitu prinsip dimana penulis dituntut agar teks dapat mudah dipahami oleh pembaca. Dengan menganjurkan agar bahasa teks menghindari ketaksaan (abiguity) sehingga mudah dipahami.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Prinsip Ekonomi</div>
<div style="text-align: justify;">
Yaitu teks harus ditulis sesingkat mungkin tanpa harus merusak dan mereduksi pesan.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Prinsip Ekspresivitas</div>
<div style="text-align: justify;">
Pinsip ini disebut pula dengan prinsip ikonisitas. Yang mana prinsip ini menganjurkan agar teks dikonstruksi selaras dengan aspek-aspek pesan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Maka dari itu untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut tentunya diperlukan latihan berbahasa tulis secara terus-menerus. Serta melakukan penyuntingan tanpa pernah berhenti. Dengan demikian keinginan jurnalis untuk menyajikan ragam bahasa jurnalistik yang sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang telah ditetapkan dan mudah dimengerti oleh masyarakat serta memuaskan pembacanya akan bisa diwujudkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>2.3 Definisi dan Pedoman Etika Bahasa Jurnalistik</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>2.3.1 Definisi Etika Bahasa Jurnalistik</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Etika bahasa jurnalistik ialah segala hal nan bersinggungan dengan proses perencanaan, aplikasi dan supervisi segala hal nan berhubungan dengan aktivitas jurnalistik. Yaitu, diawali dengan peliputan, penyajian, pemuatan, penyiaran dan penayangannya di media.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jika digambarkan, sejatinya aktivitas seorang jurnalis ialah ia langsung turun ke lapangan. Setelah itu, ia menemui dan mewancarai narasumber sembari mengamati situasi di sekitarnya. Saat terjadinya wawancara, maka jurnalis mesti merekam atau mencatat jalannya wawancara. Setelah selesai melakukan wawancara, maka ia mesti bergegas menuju kantor. Sesampai di kantor, ia langsung menuju mejanya di ruang redaksi. Ia menghidupkan komputer dan meracik hasil wawancaranya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam hitungan menit, sebuah warta nan layak terbit dan aktual sudah selai diracik dan siap buat dimuat. Namun sebelum warta diterbitkan, jurnalis mesti mengirimkannya kepada redaktur buat diperiksa apakah sudah layak terbit dan memenuhi struktur bahasa jurnalistik atau tidak. Dengan sistem online, para jurnalis tak perlu susah-susah lagi mondar mandir ke meja redaktur. Tinggal kirim via email, akan mendapatkan pandangan dari redaktur. Apakah mesti ada penambahan, pengurangan atau sudah cukup?</div>
<div style="text-align: justify;">
Di sinilah letaknya etika bahasa jurnalistik. Para redaktur menilai bahasa jurnalistik nan diracik oleh para jurnalis. Karena ada kata-kata nan lunak agar menarik perhatian pembaca mesti diubah menjadi menjadi kata-kata nan keras, namun tetap saja harus sinkron dengan kode etik profesi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bahasa bagi seorang jurnalis ialah senjata dan kata-katanya ialah peluru. Karena itu, ia tak boleh sembarang mengubah hasil wawancaranya. Seorang jurnalis tak boleh menggunakan senjatanya buat membunuh orang lain. Ia hanya boleh menggunakan senjatanya hanya buat mencerdaskan dan memuliakan masyarakat serta membela dan menjunjung tinggi kehormatan bangsa. Karena itu, sungguh tepat ungkapan nan menyatakan bahwa seorang jurnalis pada dasarnya ialah seorang nasionalis. Ia mencintai negeri, bangsa dan profesi melibihi kecintaannya kepada isterinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>2.3.2 Pedoman Etika Bahasa Jurnalistik</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Sudah diatur dalam etika jurnalistik, bahwa jurnalis dan pengelola media massa buat tak keluar dari koridor yuridis, sosiologis, dan koridor etis. Dalam buku Hukum dan Etika Pers disebutkan bahwa koridor yuridis buat pers sudah diatur dalam UU Pokok Pers No. 40/1999. Sedangkan buat media penyiaran radio dan televisi sudah diatur dalam UU Pokok Penyiaran No. 32/2002.</div>
<div style="text-align: justify;">
Koridor sosiologis juga sudah dibakukan dalam enam landasan pers nasional. Koridor etis buat sebagian sudah dibakukan dalam pelbagai ketentuan dan panduan standar seperti kode etik jurnalistik dan kode etik praktik media massa. Tapi buat sebagian lagi, senantiasa inheren dalam kebijakan redaksional media dan pegangan personal-spritual jurnalis.</div>
<div style="text-align: justify;">
Etika bahasa jurnalistik menjadi panduan setiap jurnalis buat memperhatikan serta tunduk pada kaidah bahasa media massa. Teori jurnalistik mengajarkan, bahwa bahasa media massa ialah salah satu ragam bahasa nan khas sebab senantiasa dipadukan dengan ciri media beserta pembacanya nan anonim dan heterogen.</div>
<div style="text-align: justify;">
Penting menjadi catatan, bahwa bahasa jurnalistik media massa juga mengikuti alur logika teknis. Maksudnya, penulisan judul dan tubuh berita, harus disesuaikan dengan besar-kecil ruangan (new space) nan tersedia. Jadi, bahasa jurnalistik tak semata bicara logika, struktur dan makna saja. Namun bahasa jurnalistik juga memperhatikan unsur-unsur sistematika.</div>
<div style="text-align: justify;">
Makanya para jurnalis ketika menulis selalu memperhatikan dan menghitung jumlah kata dalam setiap judul dan setiap berita. Meski demikian, para jurnalis tetap harus menjaga kualitas dan kuantitas bahasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Melalui pengkajian terhadap pendidikan jurnalistik ini, kita jadi memahami bahwa seorang jurnalis mesti terampil berbahasa. Keterampilan berbahasanya harus memiliki empat komponen. Yaitu, keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Setiap keterampilan berhubungan erat dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara nan beraneka ragam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan bahasa lebih mendalam, setiap keterampilan sangat berhubungan erat dengan proses-proses nan mendasari bahasa. Karena bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. </div>
<div style="text-align: justify;">
Sehingga semakin terampil seorang jurnalis dalam berbahasa, semakin cerah dan jelas juga jalan pikirannya. Karena itu, ketrampilan hanya diperoleh dengan banyak praktik dan berlatih. Melatih ketrampilan berbahasa juga akan melatih keterampilan berpikir.</div>
<div style="text-align: justify;">
Singkatnya, bahasa menjadi pandu empiris sosial. Karena pandangan seseorang tentang global dibentuk oleh bahasa. Dan sebab bahasa juga, pandangan seseorang terhadap global pun akan mengalami perbedaan. Makanya, tidak perlu heran kenapa media dapat berbeda dalam berbahasa. Ada nan bahasanya halus dan santun. Ada pula nan keras dan tak sopan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), sebagai salah satu organisasi profesi tertua dan terbesar di Indonesia, tak terkecuali terikat pula dengan kewajiban serta ketentuan tersebut. Itulah sebabnya, dalam kurun waktu 1977-1979, PWI bekerja sama dengan beberapa lembaga di dalam dan luar negeri, menyelenggarakan pelatihan wartawan. Hasilnya dituangkan dalam sejumlah pedoman penulisan antara lain: </div>
<div style="text-align: justify;">
1. Pedoman pemakaian bahasa dalam pers</div>
<div style="text-align: justify;">
Ada sepuluh pedoman pemakaian bahasa dalam pers, yaitu: </div>
<div style="text-align: justify;">
a. Wartawan hendaknya secara konsekuen melaksanakan pedoman ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD).</div>
<div style="text-align: justify;">
b. Wartawan hendaknya membatasi diri dalam singkatan atau akronim.</div>
<div style="text-align: justify;">
c. Wartawan hendaknya tidak menghilangkan imbuhan, bentuk awal atau prefiks.</div>
<div style="text-align: justify;">
d. Wartawan hendaknya menulis dengan kalimat-kalimat pendek.</div>
<div style="text-align: justify;">
e. Wartawan hendaknya menjauhkan diri dari ungkapan klise atau stereotype yang sering dipakai dalam transisi berita seperti kata-kata sementara itu, dapat ditambahkan, perlu diketahui, dalam rangka. </div>
<div style="text-align: justify;">
f. Wartawan hendaknya menghilangkan kata mubazir seperti adalah, telah, untuk, dari, bahwa dan bentuk jamak yang tidak perlu diulang.</div>
<div style="text-align: justify;">
g. Wartawan hendaknya mendisiplinkan pikirannya supaya jangan campur aduk dalam satu kalimat bentuk pasif dengan bentuk aktif.</div>
<div style="text-align: justify;">
h. Wartawan hendaknya menghilangkan kata-kata asing dan istilah-istilah terlalu teknis ilmiah dalam berita.</div>
<div style="text-align: justify;">
i. Wartawan hendaknya sebisa mungkin mentaati kaidah tata bahasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
j. Wartawan hendaknya ingat bahasa jurnalistik ialah bahasa yang komunikatif dan spesifik sifatnya, dan karangan yang baik dinilai dari tiga aspek yaitu, isi, bahasa, dan teknik persembahan. </div>
<div style="text-align: justify;">
2. Pedoman penulisan teras berita</div>
<div style="text-align: justify;">
Ada sepuluh pedoman penulisan teras berita, sebagai berikut:</div>
<div style="text-align: justify;">
a. Teras berita pada alinea pertama mencerminkan pokok terpenting berita.</div>
<div style="text-align: justify;">
b. Teras berita dengan mengingat sifat bahasa Indonesia, jangan mengandung lebih dari antara 30 sampai 40 perkataan.</div>
<div style="text-align: justify;">
c. Teras harus ditulis dengan : mudah ditangkap dan cepat dimengerti, mudah diucapkan di depan radio dan televisi serta mudah dimengerti, kalimat-kalimatnya singkat, sederhana susunannya dengan mengindahkan bahasa baku serta ekonomi bahasa, menjauhkann kata-kata mubazir, satu gagasan dalam satu kalimat</div>
<div style="text-align: justify;">
d. Hal sabagai pelengkap dimuat dalam berita.</div>
<div style="text-align: justify;">
e. Teras berita mengutamakan unsur yang terjadi. Misalnya persoalan apa yang terjadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
f. Dapat dimulai dengan unsur siapa.</div>
<div style="text-align: justify;">
g. Jarang menggunakan unsur bilamana.</div>
<div style="text-align: justify;">
h. Urutan tempat baru disusul urutan waktu.</div>
<div style="text-align: justify;">
i. Unsur bagaimana dan mengapa di uraikan dalam badan berita.</div>
<div style="text-align: justify;">
j. Dapat dimulai dengan kutipan pernyataan seseorang, asal kutipan itu tidak panjang.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Pedoman penulisan bidang hukum.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Pedoman penulisn bidang agama.</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Pedoman penulisan bidang koperasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
6. Pedoman penulisan bidang pertanian dan perburuhan</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>2.4 Bahasa Indonesia Ragam Jurnalistik</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>2.4.1 Berpedoman pada Bahasa Baku</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Bahasa jurnalistik yang ditulis dalam bahasa Indonesia juga harus dapat dipahami oleh pembaca di seluruh nusantara. Bahasa Indonesia juga mengenal berbagai ragam bahasa, termasuk dialek. Bila surat kabar, majalah, tabloid, dan sebagainya menggunakan bahasa Indonesia dengan salah satu dialek tertentu, besar kemungkinannya tulisan dalam surat kabar/majalah tersebut tidak dapat dipahami oleh pembaca di seluruh nusantara. Seperti dikemukakan oleh J.S. Badudu, -- bahasa baku, baik lisan maupun tulisan dipakai oleh golongan masyarakat yang paling luas pengaruhnya dan paling besar wibawanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Contohnya:</div>
<div style="text-align: justify;">
PLN sebagai penyedia layanan publik tentu harus bertanggung jawab atas kerugian itu. Terlebih-Iebih, sumber kerusakan sebenamya sudah diketahui empat hari sebelumnya, bahkan hari pemadaman pun sudah direncanakan dan diatur PLN. (Republika, 23 Mei 1997)</div>
<div style="text-align: justify;">
Bahasa Indonesia baku itulah yang seharusnya digunakan dalam bahasa jumalistik agar dapat dipahami oleh pembaca di seluruh tanah air. Karena itu, bahasa jurnalistik sama sekali tidak berbeda dengan bahasa Indonesia baku, bahasa Indonesia yang digunakan dalam komunikasi resmi: pidato resmi kenegaraan, surat-menyurat resmi, menulis laporan resmi, menulis buku ajar, makalah (paper), skripsi, tesis, disertasi, undang-undang, peraturan pemerintah, dan sebagainya. Jadi, kalau pada kenyataannya ada sedikit perbedaan antara bahasa jurnalistik dengan bahasa Indonesia baku, bukan pada hakikatnya memang hams berbeda. Akan tetapi, perbedaan itu lebih disebabkan oleh faktor-faktor yang bersifat teknis di samping kurangnya kemampuan berbahasa para jurnalis dan redaktur surat kabar yang bersangkutan, seperti telah disinggung di muka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>2.4.2 Bahasa yang Digunakan Efektif dan Efisien</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Bahasa yang efektif ialah bahasa yang mencapai sasaran yang dimaksudkan (Moeliono, 1993: I). Bahasa Indonesia jurnalistik yang efektif membuahkan hasil atau efek yang diharapkan pembicaraan karena cocok atau relevan dengan peristiwa atau sesuai dengan keadaan yang menjadi latarnya. Bahasa Indonesia jurnalistik yang efisien ialah bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap baku, dengan mempertimbangkan mh~' ukuran umum, yang mengatasi varlasi dialek atau idiolek (perseorangan), bagi pemakaian bahasa yang benar dan patut menjadi contoh untuk diikuti. Hoed (1977: 3) dalam penelitiannya tentang "Kata Mubazir dalam Surat Kabar Harlan Berbahasa Indonesia" menyatakan, usaha mencapai efisiensi didasarkan pada probabilitas munculnya suatu kata dalam konteks tertentu (probability of accurance).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>2.5 Penyimpangan Bahasa Jurnalistik</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Meskipun bahasa jurnalistik mengikuti kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan, namun masih terlihat penyimpangan terhadap kaidah bahasa jurnalistik yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Demikian pula penyimpangan mengenai tataran tanda baca. Penyimpangan bahasa jurnalistik ini sepertinya menjadi hal yang lazim, sehingga bahasa jurnalistik dianggap sebagai perusak bahasa Indonesia. Mestinya bahasa junalistik tetap harus mengacu pada kaidah bahasa yang telah baku, karena media massa sangat erat kaitannya dengan masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun beberapa penyimpangan bahasa jurnalistik dari kaidah bahasa Indonesia baku, yaitu: </div>
<div style="text-align: justify;">
1. Penyimpangan Klerikal (Ejaan dan Tanda Baca)</div>
<div style="text-align: justify;">
Kesalahan ini sering kali kita temukan dalam media massa, baik dalam penulisan kata, seperti Jumat ditulis Jum’at, khawatir ditulis kuatir, jadwal ditulis jadual, sinkron ditulis singkron. Dan kesalahan tanda baca juga dapat ditemui dalam penggunaan tanda titik, tanda koma, tanda hubung, dan lain-lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berikut ada beberapa kata yang sering salah ejaannya dalam media massa diantaranya yaitu: </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<!--[if gte mso 9]><xml> <o:OfficeDocumentSettings> <o:AllowPNG/> </o:OfficeDocumentSettings></xml><![endif]--></div>
<div style="text-align: justify;">
<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:EnableOpenTypeKerning/> <w:DontFlipMirrorIndents/> <w:OverrideTableStyleHps/> </w:Compatibility> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument></xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true" DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99" LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles></xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]><style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin-top:0cm; mso-para-margin-right:0cm; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} </style><![endif]--> <br />
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="mso-cellspacing: 0cm; mso-padding-alt: 0cm 0cm 0cm 0cm; mso-yfti-tbllook: 1184;"> <tbody>
<tr style="mso-yfti-firstrow: yes; mso-yfti-irow: 0;"> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 71.25pt;" valign="top" width="95"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Baku</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 70.5pt;" valign="top" width="94"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Nonbaku</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 71.25pt;" valign="top" width="95"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Baku</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 78.0pt;" valign="top" width="104"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Nonbaku</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
</td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 1;"> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 71.25pt;" valign="top" width="95"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Iktikad</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 70.5pt;" valign="top" width="94"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Itikad</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 71.25pt;" valign="top" width="95"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Rezeki</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 78.0pt;" valign="top" width="104"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Rejeki</span></div>
</td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 2;"> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 71.25pt;" valign="top" width="95"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Analisis</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 70.5pt;" valign="top" width="94"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Analisa</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 71.25pt;" valign="top" width="95"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Jagat</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 78.0pt;" valign="top" width="104"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Jagad</span></div>
</td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 3;"> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 71.25pt;" valign="top" width="95"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Zaman</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 70.5pt;" valign="top" width="94"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Jaman</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 71.25pt;" valign="top" width="95"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Riil</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 78.0pt;" valign="top" width="104"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Riel</span></div>
</td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 4;"> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 71.25pt;" valign="top" width="95"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Aksesori</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 70.5pt;" valign="top" width="94"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Asesoris</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 71.25pt;" valign="top" width="95"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Jenderal</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 78.0pt;" valign="top" width="104"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Jendral</span></div>
</td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 5;"> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 71.25pt;" valign="top" width="95"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Asasi</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 70.5pt;" valign="top" width="94"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Azasi</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 71.25pt;" valign="top" width="95"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Karier</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 78.0pt;" valign="top" width="104"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Karir</span></div>
</td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 6;"> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 71.25pt;" valign="top" width="95"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Dividen</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 70.5pt;" valign="top" width="94"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Deviden</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 71.25pt;" valign="top" width="95"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Miliar</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 78.0pt;" valign="top" width="104"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Milyar</span></div>
</td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 7;"> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 71.25pt;" valign="top" width="95"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Guncang</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 70.5pt;" valign="top" width="94"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Goncang</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 71.25pt;" valign="top" width="95"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">survei</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 78.0pt;" valign="top" width="104"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Survai</span></div>
</td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 8;"> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 71.25pt;" valign="top" width="95"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Hektare</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 70.5pt;" valign="top" width="94"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Hektar</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 71.25pt;" valign="top" width="95"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">omzet</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 78.0pt;" valign="top" width="104"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Omset</span></div>
</td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 9;"> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 71.25pt;" valign="top" width="95"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Izin</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 70.5pt;" valign="top" width="94"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Ijin</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 71.25pt;" valign="top" width="95"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">penasihat</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 78.0pt;" valign="top" width="104"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Penasehat</span></div>
</td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 10;"> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 71.25pt;" valign="top" width="95"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Yodium</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 70.5pt;" valign="top" width="94"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Iodium</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 71.25pt;" valign="top" width="95"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">apotek</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 78.0pt;" valign="top" width="104"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Apotik</span></div>
</td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 11;"> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 71.25pt;" valign="top" width="95"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Elite</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 70.5pt;" valign="top" width="94"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Elit</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 71.25pt;" valign="top" width="95"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">tekad</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 78.0pt;" valign="top" width="104"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Tekat</span></div>
</td> </tr>
<tr style="mso-yfti-irow: 12; mso-yfti-lastrow: yes;"> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 71.25pt;" valign="top" width="95"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Bonafide</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 70.5pt;" valign="top" width="94"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Bonafid</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 71.25pt;" valign="top" width="95"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">nekat</span></div>
</td> <td style="padding: 0cm 0cm 0cm 0cm; width: 78.0pt;" valign="top" width="104"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Nekad</span></div>
</td> </tr>
</tbody></table>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka dalam memilih ejaan kata yang tepat kita harus memerlukan sedikit ketelitian. Karena bahasa Indonesia banyak memiliki bentuk kembar, seperti kata risiko-resiko, sekadar-sekedar, Senin-Senen, film-pilem, juang-joang. Memang kata-kata seperti itu sering kali membuat kita bingung dan akhirnya kita membuat kesalahan dalam penulisannya. Biasanya hal ini dikarenakan adanya pengaruh dari bahasa daerah. Maka kita harus memilih ejaan yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Penyimpangan Gramatikal</div>
<div style="text-align: justify;">
Penyimpangan gramatikal ini terdiri atas: </div>
<div style="text-align: justify;">
a. Kesalahan Pemenggalan</div>
<div style="text-align: justify;">
Kesalahan pemenggalan kata dalam media massa terkesan asal penggal saja. Hal ini dikarenakan pemenggalannya menggunakan program komputer bahasa asing. Dal hal ini bisa diatasi dengan program pemenggalan bahasa Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
b. Penyimpangan Morfologis</div>
<div style="text-align: justify;">
Penyimpangan ini sering dijumpai pada judul berita dalam media massa yang menggunakan kalimat aktif, yaitu pemakaian kata kerja tidak baku dengan penghilangan afiks. Afiks pada kata kerja yang berupa prefiks atau awalan dihilangkan. Misalnya: “Muluskan Boediono, Lobi Komisi IX”, “Cemburu, Pelajar Bunuh Pelajar”, “Ngaku Buat Jaga Diri Bapak-Bapak Ditangkep Pulisi Karena Bawa Sajam”.</div>
<div style="text-align: justify;">
c. Kesalahan Sintaksis</div>
<div style="text-align: justify;">
Kesalahan ini yaitu berupa pemakaian tata bahasa atau struktur kalimat yang kurang benar sehingga sering mengacaukan arti dari kalimat tersebut. Hal ini disebabkan karena logika penulis yang kurang bagus. Contoh: “Kerajinan Kasongan Banyak Diekspor Hasilnya Ke Amerika Serikat”. Judul tersebut seharusnya ditulis, “Hasil Kerajinan Desa Kasongan Banyak Diekspor Ke Amerika Serikat”.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Penyimpangan Semantik</div>
<div style="text-align: justify;">
Kesalahan ini sering dilakukan dengan alasan kesopanan (eufemisme) atau menimbulkan dampak buruk pemberitaan dan untuk melebih-lebihkan (bombastis). Contoh: Penyesuaian tarif BBM merupakan kebijakan pemerintah yang tidak populis. Pemakaian kata penyesuaian tarif, tidak dapat dimaknai dari segi makna lugas saja melainkan juga harus dilihat dari makna figuratif (kias) yang mengandung eufimismedengan alasan kesopanan.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Penyimpangan Dari Aspek Kewacanaan </div>
<div style="text-align: justify;">
Penyimpangan ini dapat diketahuai dari aspek kewacanaan dari penggunaan bahasa yang dilihat dari makna bahasa yang berkaitan dengan aktivitas dan sistem-sistem di luar bahasa. Contoh penyimpangan dari aspek kewacanaan ini yaitu berita tentang tragedi kematian Munir (Pejuang HAM). Meski pelaku dan dalang pembunuhnya belum ditemukan, namun media massa telah membentuk opini masyarakat tentang para pelakunya. Pemberitaan tersebut memiliki pendapat yang berbeda dari masing-masing media sehingga menjadikan isi berita menjadi tidak realistis. Bahkan, terlalu dibesar-besarkan sehingga membuat para pembacanya bingung.</div>
<div style="text-align: justify;">
Permasalahan yang muncul adalah masalah peminjaman istilah-istilah atau kata-kata asing yang pada dasarnya sudah populer di masyarakat. Penggunaan istilah asing tersebut telah bertaburan di media massa. Tetapi, penggantian istilah asing yang tidak ada penggantinya dalam bahasa Indonesia akan menimbulkan kesulitan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk menghindari kesalahan-kesalahan tersebut, maka perlu dilakukan penyuntingan atau editing baik menyangkut pemakaian kalimat, pilihan kata, ejaan, serta pemakaian bahasa jurnalistikyang baik secara umum. Agar penulis atau wartawan mampu memilih kosakata yang tepat, maka mereka dapat memperkaya kosakata dengan latihan penambahan kosakata dengan teknik sinonimi, dan antonimi. Dalam teknik sinonimi penulis dapat mensejajarkan kelas kata yang sama, yang nuansa maknanya sama atau berbeda. Dalam teknik antonimi penulis bisa mendaftar kata-kata dan lawan katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan demikian,penulis atau wartawan bisa memilih kosakata yang memiliki rasa dan bermakna bagi pembaca. Sementara dalam penyuntingan bahasa jurnalistik terdapat beberapa prinsip yang dilakukan: </div>
<div style="text-align: justify;">
1. Balancing, yaitu menyangkut lengkap-tidaknya batang tubuh dan data tulisan.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Visi tulisan seorang penulis yang mereferensi pada penguasaan atas data-data yang aktual.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Logika cerita yang mereferensi pada kecocokan.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Akurasi data.</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Kelengkapan data, setidaknya prinsip 5W1H.</div>
<div style="text-align: justify;">
6. Panjang pendeknya tulisan karena keterbatasan halaman.</div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh karena itu diperlukan latihan menulis secara terus-menerus, dan latihan penyuntingan yang berkelanjutan. Dengan upaya pelatihan dan penyuntingan tersebut, maka diharapkan seorangjurnalis dapat menyajikan ragam bahasa jurnalistik yang memiliki rasa dan memuaskan selera pembacanya, pendengarnya, atau penontonnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>BAB III</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PENUTUP</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>3.1 Simpulan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Etika bahasa jurnalistik menjadi pedoman setiap jurnalis atau para pengelola medis massa untuk memperhatikan serta tunduk kepada kaidah bahasa media massa. Dalam etika bahasa jurnalistik, komitmen, kapasitas, kualitas, dan kredibilitas suatu media, benar-benar dipertaruhkan. Seorang jurnalis kurang bermoral dari media yang tidak profesional, akan memandang etika bahasa jurnalistik sebagai suatu kemustahilan. Sebalikya seorang jurnalis bermoral dari media profesional, akan melihat etika bahasa jurnalistik sebagai suatu keharusan. Dengan etika, fungsi media tercerahkan dan termuliakan. Tanpa etika, kehadiran suatu media awal dari kehancuran.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>3.2 Saran</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Makalah ini diharapkan dapat membantu dan menambah wawasan bagi para pembaca untuk mengetahui lebih jauh mengenai etika bahasa jurnalistik. Dalam penulisan makalah ini tentulah mempunyai banyak kekurangan yang perlu dilengkapi oleh pembaca yang memiliki disiplin ilmu tentang pembahasan ini. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis demi kesempurnaan makalah ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>DAFTAR PUSTAKA</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Johannesen, Richrad. L. 1996. Etika Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sumadiria, AS Haris. 2005.BahasaJurnalistik. Bandung: Simbiosa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sarwoko, Tri Adi. 2007. Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik. Yogyakarta : ANDI.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hikmat, Mahi M. 2011. Etika dan Hukum Pers :Menghirup Kebebasan Berhindar dari Penodaan terahadap Martabat Agama. Bandung : Batic Press. </div>
<a href="http://dedikbaihaqi.blogspot.com/2015/12/analisis-gaya-bahasa-berdasarkan-teori.html">http://dedikbaihaqi.blogspot.com/2015/12/analisis-gaya-bahasa-berdasarkan-teori.html</a><div style="text-align: justify;">
<a href="http://dedikbaihaqi.blogspot.com/2015/12/analisis-gaya-bahasa-berdasarkan-teori.html"><br /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05991669098455215782noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3744426030060054152.post-15946814378711319912015-10-22T08:36:00.000-07:002016-01-08T08:23:45.256-08:00Kerangka Sebuah Penelitian <b><br /></b>
<b>Kerangka Sebuah Penelitian </b>-Membuat proposal penelitian berbeda dengan membuat rancangan penelitian (research design). Proposal hanya memuat pokok-pokok pikiran., Research design sudah memuat seluruh elemen-elemen pokok yang harus ada dalam rancangan penelitian yang diuraikan secara detail. Dengan demikian research design merupakan cetak biru (blue print), yang jika dibaca oleh siapapun, sudah dapat dimengerti apa yang akan diteliti dan bagaimana cara penelitian dilakukan. <b><u><i><a href="http://dedikbaihaqi.blogspot.com/2015/11/pengertian-unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik-menurut-para-ahli-dan-daftar-pustakanya.html">Penelitian Sastra</a></i></u></b><br />
<br />
Ada beberapa elemen yang harus tercantum (harus ada) dalam research design. Hal ini memang hampir sama dengan format yang biasanya ada dalam proposal penelitian, antara lain:<br />
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Judul<br />
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Latar belakang Masalah.<br />
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Rumusan Masalah<br />
4.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tujuan Penelitian<br />
5.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kegunaan Penelitian<br />
6.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kerangka berfikir dan atau prosedur penelitian<br />
7.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Hipotesa<br />
8.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tinjauan Pustaka/ Kerangka Teori<br />
9.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pengumpulan Data yang meliputi;<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Masalah Sampel<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Masalah Instrument<br />
•<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pemilihan lokasi dan sebagainya<br />
10.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Analisa Data<br />
<br /><br />
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05991669098455215782noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3744426030060054152.post-20995398563917190432015-04-30T06:09:00.000-07:002016-01-05T07:32:36.859-08:00Puisi MutiarakuPuisi Mutiaraku merupakan salah satu puisi karya seorang dosen, puisi ini sangat menginspirasi apalagi jika dikaitkan dengan konteks kesedihan<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>MUTIARAKU</b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
Sri Mulyani </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Jika air mata ini tak menetes lagi</div>
<div style="text-align: left;">
Bukan berarti aku tak mengingatmu</div>
<div style="text-align: left;">
Jika sedu sedan ini tak terdengar lagi</div>
<div style="text-align: left;">
Bukan berarti aku melupakanmu</div>
<div style="text-align: left;">
Dan jika pelukan ini tak kau rasakan lagi</div>
<div style="text-align: left;">
Bukan berarti aku meninggalkanmu</div>
<div style="text-align: left;">
<br />
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<div style="text-align: left;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3wdDQqxEPy1zLm8npcpBNoM0hncVSkhbA-jGYuMcoowjdxBKIBg8OnY7ORnWP3a7thzIZ9oEel-StPFCk6dSDggFDJ9FNZQv0cWDIuoImPXTEyJb332cUMMDt_7O4AZHEHH1uysg1V08/s1600/puisi+MUTIARAKU.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="puisi MUTIARAKU" border="0" height="234" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3wdDQqxEPy1zLm8npcpBNoM0hncVSkhbA-jGYuMcoowjdxBKIBg8OnY7ORnWP3a7thzIZ9oEel-StPFCk6dSDggFDJ9FNZQv0cWDIuoImPXTEyJb332cUMMDt_7O4AZHEHH1uysg1V08/s320/puisi+MUTIARAKU.png" title="puisi MUTIARAKU" width="320" /></a></div>
Kau</div>
<div style="text-align: left;">
Tak akan lekang di makan waktu</div>
<div style="text-align: left;">
Kau</div>
<div style="text-align: left;">
Tak akan buyar ditelan jaman</div>
<div style="text-align: left;">
Kau </div>
<div style="text-align: left;">
Tak akan pernah pudar </div>
<div style="text-align: left;">
Tak akan pernah habis</div>
<div style="text-align: left;">
Kau Tak akan pernah terkikis dalam hatiku</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Yakinlah itu</div>
<div style="text-align: left;">
Mutiaraku yang hilang dari tatapan</div>
<div style="text-align: left;">
Tapi tetap hidup dala kenangan</div>
<div style="text-align: left;">
Yakinlah</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05991669098455215782noreply@blogger.com0